Dark/Light Mode

Ini Suara Dubes Asing Soal Pindah Ibukota

Rusia dan Belanda Siap Ikut ke Kaltim, Australia Masih Mikir

Minggu, 8 September 2019 07:28 WIB
(Dari kiri) Rob Swartbol, Gary Quinlan, Lyudmila Vorobieva.
(Dari kiri) Rob Swartbol, Gary Quinlan, Lyudmila Vorobieva.

RM.id  Rakyat Merdeka - Rencana pemindahan ibukota ke timur Kalimantan sebelum 2024, menarik perhatian para perwakilan negara sahabat. Ada yang yakin kantor Kedubesnya bakal pindah. Ada juga yang masih mikir-mikir.

Duta Besar (Dubes) Australia Gary Quinlan mengatakan bahwa semua tergantung keputusan pemerintah. "Saya pribadi sih ingin tinggal di Jakarta. Tapi, tergantung nanti keputusan akhirnya,” komen Dubes Quinlan. Menurutnya, dimanapun ibukota, pihak Australia tidak menemukan kesulitan dalam bekerja sama dengan instansi terkait.

“Bangsa Indonesia hebat, sangat ramah. Jadi ke mana pun kita di Indonesia, kita akan nyaman,” kata Quinlan.

Lain lagi dengan Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. “Pemindahan ibukota adalah hak negara dan masyarakat Indonesia untuk memutuskan di mana lokasi ibukota. Tapi apabila ibukota pindah ke Kalimantan, dan Kementerian Luar Negeri akan pindah ke sana, saya kira kita tidak punya pilihan dan akan memindahkan kedutaan besar ke Kalimantan,” terang Dubes Lyudmila.

Baca juga : Ini Alasan Jokowi Pindahkan Ibukota Ke Kalimantan

Dia bercerita, Rusia juga pernah melakukan pemindahan ibukota lebih dari 100 tahun lalu. Malah dua kali melakukan. Dalam sejarahnya, awalnya Moskow menjadi Ibukota Rusia. Pada 1703, Rusia memutuskan membangun ibukota baru dekat Laut Baltik, bernama Saint Petersburg. Setelah 200 tahun, ketika pemerintah berubah haluan menjadi komunis pada 1917, ibukota dipindahkan kembali ke Moskow.

“Dan sekarang kita punya dua ibukota, satu di Moskow dan satu lagi di Saint Petersburg,” imbuhnya.

Duta Besar Brazil Rubem Barbosa juga mengisahkan hal senada. “Ini yang dialami saat Brazil memindahkan ibukota dari Rio de Janeiro ke Brazilia,” jelasnya.

“Setidaknya tidak ada lagi penumpukan penduduk,” imbuh Barbosa.

Baca juga : Semua Pemimpin Di Kalimantan Diminta Bersinergi

Pendapat ini diamini Dubes Korea Selatan Kim Chang- beom. Kebijakan serupa ternyata juga diterapkan Pemerintah Korsel yang telah membangun sebuah pusat administrasi yang disebut Kota Sejong, untuk mengurangi kepadatan dan kemacetan di ibukota sekaligus kota terbesar Seoul. Sejong didirikan pada 2007 sebagai ibukota baru Korea Selatan di wilayah Chungcheong Se- latan dan provinsi Chungcheong Utara untuk menarik investasi di wilayah tengah negara itu.

Sejak 2012, pemerintah Korea Selatan telah merelokasi beberapa kementerian dan lembaga ke Sejong, tetapi banyak yang masih berada di kota-kota lain. Terutama Seoul, di mana Majelis Nasional, Kantor Presiden, dan banyak badan pemerintah penting tetap ada.

“Dipindahkannya ibukota dari Pulau Jawa ke Kalimantan membuat jarak ke Seoul makin dekat,” kataya.

“Jakarta itu agak jauh, sekitar 6-7 jam penerbangan tetapi Kalimantan mungkin sekitar 5,5 jam penerbangan dari Seoul. Jadi kita akan semakin dekat,” sambungnya.

Baca juga : Seriusin Rencana Pemindahan Ibu Kota, Jokowi ke Kalimantan

Soal persiapan pemindahan Kedutaan Besar, Dubes Kim mengatakan, pihaknya akan pindah setelah ibukota Indonesia sepenuhnya dipindahkan ke Kalimantan. 

Dubes Belanda Rob Swartbol antusias soal pemindahan ibukota. Ia mengatakan, Kedubes Belanda otomatis ikut pindahan. “Mengeni pindah kantor Kedutaan, jika ibukota pindah, maka gedung kedutaan akan pindah,” jawabnya pasti.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengu mumkan sebagian kawasan Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Ka- bupaten Kutai Kertanegara akan menjadi lokasi ibukota baru. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.