Dark/Light Mode

Cerita Prof Tjandra Bahas Pandemi Di Jenewa Sampai Sahur, Buka Puasa Makan Roti

Selasa, 26 Maret 2024 12:35 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama (kiri) di sela-sela pertemuan ke-9 Intergovernmental Negotiation Body (INB) WHO, Senin (25/3). Dok. Pribadi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama (kiri) di sela-sela pertemuan ke-9 Intergovernmental Negotiation Body (INB) WHO, Senin (25/3). Dok. Pribadi

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI) untuk pertemuan ke-9 Intergovernmental Negotiation Body (INB) WHO Prof Tjandra Yoga Aditama, menggambarkan suasana maraton negosiasi perumusan instrumen internasional terkait kesiapsiagaan pandemi di Jenewa, sejak kemarin, Senin (25/3).

Pertemuan yang berlangsung dari pagi hingga 10 malam waktu Jenewa, atau 4 pagi WIB ini membahas sekitar 37 pasal dan ratusan paragraf tentang berbagai aspek kesiapsiagaan pandemi. 

Dialog di ruang sidang sangat ketat. Setiap pasal dan paragraf dikaji dengan seksama oleh berbagai negara. Mulai dari konsep hingga perbedaan semantik bahasa.

"Padahal hari sebelumnya saya baru datang dari Jakarta, jadi lumayan lelah dan mengantuk. Belum lagi walaupun sudah akhir Maret tapi suhu Jenewa masih dibawah 5 derajat Celsius," cerita Prof Tjandra dalam keterangannya kepada RM.id, Selasa (26/3).

Baca juga : Harga Beras Mulai Turun Di Sejumlah Pasar Jakarta

Pembahasan di INB 9 ini mencakup banyak hal, antara lain logistik, penguatan sistem pengawasan, manajemen dan liabilitas, mengenai kerjasama internasional, pasal pendekatan menyeluruh seluruh aspek (whole government and whole of society approaches), tentang komunikasi dan pemahaman publik, implementasi dan dukungan keberlangsungan anggaran.

Di pasal-pasal sebelumnya, kata Prof Tjandra juga dibahas tentang berbagai aspek pandemi seperti pencegahan, surveilans, One Health, petugas kesehatan, monitoring, peneliitian dan pengembangan dan lainnya.

"Direktur Jendral WHO Dr Tedros juga hadir secara langsung di ruang rapat auditorium WHO ini dari waktu ke waktu," ungkapnya.

Meskipun diharapkan menjadi pertemuan INB terakhir, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menilai konsensus bersama tampaknya masih berat untuk dicapai.

Baca juga : Pemerintah Lanjutkan Pemberian Bantuan Gagal Panen Kepada Para Petani

Prof. Tjandra selaku delegasi Indonesia menyampaikan intervensi tentang pentingnya penelitian dan pengembangan, kesetaraan antar negara, dan peran koordinasi nasional dalam kerjasama global.

"Bersama dengan komitmen politik dan kepemimpinan," terangnya.

Di luar ruang sidang, isu access and benefit sharing juga menjadi topik hangat. Negara-negara yang memberikan akses patogen dari penyebab penyakit diharapkan mendapat manfaat berupa sarana diagnosis, vaksin, atau obat.

"Harus ada prinsip “equatibility”, “fair” dan juga “equity” pada semua negara di dunia dalam menghadapi pandemi," harapnya.

Baca juga : Prof Tjandra Hadiri Pertemuan WHO Di Jenewa, Ini Yang Dibahas

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini berharap dengan prinsip dasar tersebut, maka semua negara di dunia akan mendapat perlakuan yang setara dalam menghadapi pandemi di saat mendatang.

Sebagai penutup, Prof Tjandra juga menceritakan pengalaman buka puasanya di tengah kesibukan INB 9 di Jenewa kali ini.

"Saya sebenarnya bawa rendang dari Jakarta untuk buka puasa, tetapi hari pertama ini terpaksa buka puasa di kantor WHO dengan roti sandwich isi daging kalkun dan snack vegetarian, tentu tidak nendang kenyangnya, tapi tentu disyukuri. Alhamdullillah," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.