Dark/Light Mode

Pernak Pernik Pilpres Di Rusia

Nyoblos Bawa Paspor, Kertas Suara 3 Bahasa

Kamis, 28 Maret 2024 08:00 WIB
Seorang petugas di TPS Kota Ufa, Republik Bashkortostan, bersiap memasukkan surat suara ke mesin untuk dihitung pada hari penutupan Pilpres, Minggu (17/3/2024) malam. (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)
Seorang petugas di TPS Kota Ufa, Republik Bashkortostan, bersiap memasukkan surat suara ke mesin untuk dihitung pada hari penutupan Pilpres, Minggu (17/3/2024) malam. (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjadi observer Pemilu Presiden (Pilpres) di Rusia yang berlangsung selama tiga hari (15-17 Maret 2024), merupakan pengalaman menarik dan menyenangkan. Wartawan Rakyat Merdeka/RM.id Kartika Sari, mendapat kesempatan melihat langsung bagaimana berlangsungnya hajatan demokrasi di negara yang paling banyak dibombardir sanksi ekonomi oleh dunia internasional itu.

Selama di Negeri Beruang Putih, Rakyat Merdeka mengunjungi tiga tempat. Yaitu Moskow, Ibu Kota Rusia, Kota Ufa, Ibu Kota Republik Bashkortostan dan Distrik Ishimbay. Penerbangan dari Moskow ke Ufa ditempuh selama 1,5 jam dengan maskapai Aeroflot. Sedangkan perjalanan dari Ufa ke Distrik Ishimbay, lewat darat selama sekitar dua jam.

Rakyat Merdeka satu-satunya jurnalis dari Indonesia dalam grup delegasi observer yang menyaksikan pesta demokrasi ini di Republik Bashkortostan, salah satu wilayah otonomi di Rusia berpenduduk 4 juta orang. Observer lainnya berasal dari berbagai negara, yaitu Austria, Bulgaria, Guatemala, Moldova, Serbia, Sri Lanka, dan Kazakhstan. Mereka berprofesi sebagai anggota parlemen, pakar politik, scientist, think-tank dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Baca juga : Golkar Taat Aturan Main

Meski pekan kedua dan ketiga Maret sudah memasuki musim semi, namun beberapa tempat di Moskow masih diselimuti salju. Terutama di kawasan suburb alias pinggiran kota, saljunya masih tebal. Sedangkan di pusat kota Moskow, salju sudah mulai mengeras atau mencair. Suhu udara di Moskow berkisar antara minus 2 hingga minus 10 derajat celcius. Sedangkan suhu udara di Kota Ufa dan Distrik Ishimbay lebih dingin lagi, antara minus 10 hingga minus 15 derajat celcius. Ini yang namanya spring rasa winter. Udara semakin dingin menusuk tulang saat ditiup angin kencang.

Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara Pilpres di Rusia dan Indonesia. Persamaannya, Pemilu di Rusia digelar secara langsung. Rakyat mencoblos calon pemimpinnya (one man, one vote). Dan semua suara dihitung (Every vote counted). Kemiripan lainnya, Tempat Pemungutan Suara (TPS) banyak didirikan di gedung publik seperti sekolah, kampus, aula pertemuan, dan lapangan olahraga basket. Ada juga TPS yang dibangun di pusat kesenian dan kebudayaan seperti gedung teater dan konser musik.

Lalu, apa yang berbeda dengan Pemilu di Indonesia? Di Rusia, semua TPS didirikan indoor. Nggak ada TPS yang berdiri di atas jalan, sehingga nggak mengganggu kenyamanan publik. Sementara di Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta, banyak TPS didirikan di jalan kompleks perumahan.

Baca juga : Jokowi Puji Gebrakan Amran Percepat Penanaman Padi

Perbedaan lain, identitas resmi yang dipakai oleh warga Rusia untuk mencoblos adalah paspor. Sedangkan di Indonesia menggunakan KTP. Rakyat Merdeka menyaksikan langsung proses verifikasi data calon pemilih oleh panitia Pemilu di beberapa TPS di Kota Ufa dan Distrik Ishimbay. Mereka semua menunjukkan paspor kepada panitia di meja pendaftaran.

Karena penasaran, Rakyat Merdeka pun bertanya kepada teman dari Rusia, Alexander Ilyutochkin, kenapa warga Rusia menggunakan paspor untuk mencoblos. Alex adalah warga Rusia yang tinggal di Moskow dan pernah bekerja di Indonesia. Dia juga fasih berbahasa Indonesia.

Menurut Alex, di Rusia ada dua jenis paspor. Yaitu, paspor lokal sebagai identitas semua warganya (seperti KTP) dan paspor untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Paspor lokal itulah yang dipakai warga sebagai kartu identitas untuk mencoblos di TPS.

Baca juga : Hindari Polemik Jelang Pilkada, Bansos Kudu Diatur Ulang

“Paspor lokal tersebut berlaku lama dan baru diganti saat kami berusia 45 tahun atau pemiliknya ganti alamat tempat tinggal,” jelas Alex saat kami hang out di kawasan Arbat, yang terkenal sebagai tempat berburu souvenir dan restoran serta cafe di pusat kota Moskow, Selasa (19/3/2024).

Perbedaan lain, TPS di Indonesia dibuka pukul 8.00 pagi dan ditutup pukul 13.00. Sedangkan di Rusia, TPS dibuka lebih lama lagi, yaitu pukul 8.00 pagi dan ditutup pukul 20.00. Bilik suara di TPS-nya juga ditutup gorden. Karena penasaran, Rakyat Merdeka minta izin untuk masuk ke bilik suara. Di dalamnya, ada meja kecil, lampu untuk membaca, pulpen, kursi dan kaca pembesar buat mereka yang matanya sudah rabun seperti lansia. Warga memakai pulpen untuk memilih capresnya di kertas suara. Berbeda dengan di Indonesia, TPS nggak ditutup gorden. Hanya dibatasi sekat. Cara memilihnya pun menggunakan paku dengan cara mencoblos kertas suara.

Perbedaan lain, kertas suara di Rusia tidak dilipat. Juga kotak suaranya, kebanyakan terbuat dari kaca yang transparan sehingga Rakyat Merdeka bisa mengintip siapa yang dicoblos para voters.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.