Dark/Light Mode

Kapok, AS Saring Ketat Personel Militer Asing Yang Mau Latihan di Negaranya

Senin, 9 Desember 2019 08:26 WIB
Gerbang pangkalan udara AL AS, Naval Air Station, Pensacola, Florida (Foto: Pensacola News Journal)
Gerbang pangkalan udara AL AS, Naval Air Station, Pensacola, Florida (Foto: Pensacola News Journal)

RM.id  Rakyat Merdeka - Letnan Dua Angkatan Udara (AU) Arab Saudi Mohammed Saeed Alshamrani (21) diyakini menjadi satu-satunya pelaku dalam insiden penembakan di pangkalan udara AL Amerika Serikat (AS), Naval Base Air Station di Pensacola, Florida, Jumat (6/12) dini hari.

Hasil investigasi ini diungkap agen rahasia AS, Federal Bureau Investigation (FBI) pada Minggu (8/12).

Sebelum tewas didor polisi, Alshamrani membabi-buta dengan senapannya. Akibatnya, tiga orang tewas dan delapan luka-luka. Namun, hingga saat ini, belum dapat dipastikan motif penembakan yang sesungguhnya.

"Kami bekerja keras untuk memastikan motif penembakan ini. Mohon bersabar," ujar Rachel Rojas, agen khusus di Kantor FBI Jacksonville, yang memimpin pengusutan kasus ini, seperti dilansir Reuters, Senin (9/12).

Rojas menambahkan ada 80, agen khusus FBI, 100 staf pendukung, serta sejumlah penyidik AL dan agen federal yang bekerja keras mengungkap kasus ini.

Baca juga : KPK Perpanjang Masa Tahanan Dua Tersangka

Pistol Glock 9mm yang digunakan Alshamrani, diduga dibeli secara legal di suatu tempat di Florida. Peraturan AS tidak melarang orang asing dengan visa non-imigran untuk membeli senjata, jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Termasuk, jika mereka hanya memiliki lisensi berburu.

Pihak berwenang mengungkap, Alshamrani berada di pangkalan udara AL AS dalam rangka mengikuti pelatihan yang dirancang untuk membina hubungan dengan sekutu asing.

Alshamrani yang memulai pelatihan di AS pada tahun 2017, telah 18 bulan berada di wilayah Pensacola. Dia sempat balik ke negaranya, dan belum lama ini singgah di New York.

Rekan-rekan senegaranya yang mengikuti pelatihan di Pensacola, sudah berbicara langsung dengan tim investigator AS. Atas perintah militer Saudi, akses mereka ke pangkalan udara pun dibatasi.

"Saya sangat berterima kasih kepada pihak kerajaan ataa segenap dukungan dan kerja samanya untuk mengusut tuntas kasus ini," tutur Rojas.

Baca juga : Menteri Tito Minta Pedagang Makanan Diawasi

Sabtu (7/12) lalu, Presiden AS Donald Trump menyebut, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengutuk aksi biadab itu, dan berjanji akan menolong keluarga korban.

Sementara itu, Anggota Kongres Perwakilan Florida mengecam sikap pemerintah AS yang masih enggan melabeli aksi penembakan ini dengan sebutan terorisme. Mereka juga menuntut rincian lebih lanjut tentang apa yang dilakukan pemerintah Saudi untuk membantu penyelidikan, dan mencegah kekerasan di masa depan oleh anggota militernya.

Dalam konferensi pers pada Minggu (8/12), Gubernur Florida Ron DeSantis menjawab,“ya, ya" ketika ditanya apakah penembakan ini masuk kategori terorisme atau tidak.

"Ada banyak frustrasi soal ini. Ada tamu militer asing yang datang ke pangkalan militer kita. Jika mereka benci negara kita, kan seharusnya tidak usah datang," papar DeSantis.

DeSantis mengatakan, Alshamrani mencari celah federal untuk membeli senjata. "Dia sangat benci Amerika," kata DeSantis.

Baca juga : Sri Mulyani Hati-hati Kejar Pajak Pengusaha

Kebencian Alshamrani terhadap AS diungkap kelompok pelacak ekstremisme online. Mereka menemukan fakta, beberapa jam sebelum menjalankan aksi kejinya, Alshamrani mencuit kritik terhadap AS terkait perang di negara yang mayoritas berpenduduk muslim, disertai kutipan pernyatan Osama bin Laden, lewat akun Twitter-nya.

Namun, Reuters belum dapat memverifikasi keaslian akun @M & MD_SHAMRANI, yang telah di-suspend pada Jumat (6/12).

Agar kejadian seperti ini tak terulang kembali, Menteri Pertahanan AS Mark Esper meminta jajarannya, melakukan semua tindakan pencegahan untuk memastikan keamanan di instalasi militer.

Esper juga meminta Pentagon untuk meninjau prosedur penyaringan personel militer dari negara lain, yang datang untuk latihan.

Serangan Alshamrani terjadi ketika pemerintahan Trump mempertahankan hubungan hangat dengan Riyadh, di tengah keterlibatan Saudi dalam perang di Yaman, tensi tinggi dengan Iran -  yang merupakan rival utama Saudi di Timur Tengah -, dan berlanjutnya dampak politik sebagai akibat pembunuhan wartawan Washington Post, Jamal Khashoggi di sebuah konsulat Saudi di Turki, pada tahun lalu. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.