Dark/Light Mode

Pemakzulan Makin Mulus, Trump Sewot

Minggu, 15 Desember 2019 04:57 WIB
Donald Trump (Foto: Istimewa)
Donald Trump (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Proses pemakzulan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kian mulus. Jumat kemarin, Sidang DPR AS menyetujui tuntutan untuk memakzulkan presiden dari Partai Republik ini. 

Melihat hal ini, Trump sewot. Trump marah-marah. Trump menghardik DPR AS. Dia menyebut keputusan itu tidak masuk akal. Dia juga menyatakan, proses pemakzulan sebagai kabar bohong.

"Pemakzulan itu berita bohong. Ini sebuah kepalsuan. Tidak ada hal salah yang saya lakukan. Menggunakan wewenang pemakzulan untuk hal tidak masuk akal ini sungguh memalukan bagi negara ini," ujar Trump di Gedung Putih, seperti dikutip Reuters, kemarin.

Baca juga : Ledakan Monas Tak Pengaruh Ke Istana

Trump mengklaim, masyarakat AS sudah jijik dengan proses pemakzulan itu. Dia beralasan, pemakzulan itu tak berdasar. Meski begitu, dia tetap sesumbar bahwa proses itu menguntungkan baginya dari sisi politik. "Ini hal yang sungguh menyedihkan bagi negara kita, namun tampaknya ini bagus buat saya secara politik," kata Trump, yakin.

Permohonan pemakzulan terhadap Trump dilakukan setelah rekaman pembicaraan Trump dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, soal syarat pemberian bantuan, dibongkar pada Juli 2019. Dalam pembicaraan itu, Trump meminta Zelenskiy menginvestigasi keluarga Joe Biden, lawan politiknya di Pilpres 2020. 

Hunter Biden, putra Joe Biden, pernah bekerja di sebuah perusahaan bidang energi di Ukraina. Dia dituduh telah mengambil keuntungan pribadi untuk keluarganya dari sejumlah peluang bisnis. Namun Hunter bersikeras, tidak melakukan hal yang salah terkait pekerjaannya di Ukraina dan China. 

Baca juga : Bangun Branding Dulu, Baru Terjun Ke Politik

Untuk kelanjutan proses pemakzulan ini, Komite Peradilan DPR AS melakukan pemungutan suara, Jumat kemarin. Hasilnya, cukup ketat. Yang setuju pemakzulan 23 orang. Yang tidak setuju 17 orang. Dengan hasil ini, proses pemakzulan bakal jalan terus.

Proses selanjutnya, Trump akan menghadapi Sidang Senat, Januari 2020 atau bertepatan dengan masa kampanye Pilpres 2020. Trump sudah memberikan sinyal akan memanggil sejumlah saksi mata pada Sidang Senat nanti. Di antaranya, Joe Biden dan Juru bicara DPR, Nancy Pelosi. Sidang Senat permohonan pemakzulan Trump bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan hingga kampanye pertama di Iowa dan New Hampshire dimulai pada awal Februari 2020. 

Di DPR AS, Trump memang kalah dukungan. Saat ini, DPR AS dikuasai Partai Demokrat. Sedangkan di Senat, Trump ada di atas angin. Sidang Senat saat ini diisi mayoritas orang Partai Republik. Sampai sekarang, Senat juga tidak menunjukkan ingin memakzulkan Trump.

Baca juga : Haaland Makin Dekat ke Setan Merah

Sejumlah politisi Partai Republik pun membela Trump dan menuding Partai Demokrat memiliki motiviasi politik yang ingin membalikkan kemenangan pemilu. Trump dinilai tidak melakukan hal yang tidak patut dalam pembicaraan telepon dengan Zelenskiy. Hingga kini, tidak ada bukti Trump atau Gedung Putih melakukan pertemuan untuk saling bertukar keuntungan.

Dalam sejarah AS, belum pernah ada presiden yang dimakzulkan secara langsung. Presiden Richard Nixon mengundurkan diri lebih dulu sebelum dimakzulkan dalam skandal Watergate. Sementara Presiden Andrew Johnson dan Bill Clinton dimakzulkan oleh DPR Amerika Serikat, tetapi tidak dinyatakan bersalah oleh Senat.

Di luar ini, isu pemakzulan Trump tidak menjadi kekhawatiran para investor. Bursa efek Amerika Serikat pada Jumat, 13 Desember 2019 juga tidak mengalami guncangan. Sebaliknya muncul optimisme akan kemungkinan disetujuinya kesepakatan dagang AS-China. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.