Dark/Light Mode

Tekan Presiden Maduro Mundur

Trump Blokade Aset Minyak Venezuela

Rabu, 30 Januari 2019 04:50 WIB
Nicolas Maduro (kiri) dan Donald Trump. (Foto IRT)
Nicolas Maduro (kiri) dan Donald Trump. (Foto IRT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Krisis politik Venezuela terus memburuk seiring sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Pada Selasa (29/1), AS menjatuhkan sanksi-sanksi baru yang bisa memotong pemasukan Venezuela dari penjualan minyak bumi.

Sebagai importir minyak terbesar dari Venezuela, blokade AS itu membuat sumber pendapatan negara anjlok drastis. Sanksi-sanksi itu akan membekukan aset milik perusahaan minyak Venezuela yang ada di Amerika, dan warga Amerika dilarang mengadakan hubungan dengan perusahaan itu. Perusahaan minyak Citgo, anak perusahaan minyak Venezuela PdVSA di Amerika akan terus mengilang dan menjual bensin di Amerika, tapi uang yang diperolehnya akan dimasukkan ke dalam akun khusus yang diblokir.

Dengan adanya sanksi tersebut maka Presiden Nicolas Maduro akan kehilangan akses ke salah satu sumber pendapatan dan mata uang asing yang paling penting. Begitu juga dengan sekitar 7 miliar dolar AS aset perusahaan minyak milik Venezuela tersebut. Trump tengah memukul genderang perang dengan Maduro.

Baca juga : Ruang Kerja Bara Hasibuan Banyak Banget Tempelan

“Kami akan melakulan tindakan perlawanan. Kami tidak akan membiarkan negara lain merusak negara ini,” tegas Maduro dalam tayangan langsung, kemarin.

Sanksi Trump ini diharapkan bisa menekan Maduro dan memberi jalan bagi pimpinan oposisi, Juan Guaido maju dan melaksanakan pemilu ulang. Tak lama kemudian, Maduro memberikan pernyataanya melalui media lokal menyebut tindakan AS tidak bermoral. Maduro juga menyebut apa yang dilakukan AS merupakan tindakan kriminal.

Penasihat keamanan Nasional AS John Bolton juga mengakui dukungan Trump terhadap Guaido. “Kami terus mengekspos korupsi Maduro dan kroninya. Tindakan pemberian sanksi ini memastikan mereka tidak bisa lagi menjarah aset rakyat Venezuela,” ujar Bolton.

Baca juga : Jajaki Kerja Sama Dengan Banda Aceh

Produksi minyak yang menjadi sumber kehidupan ekonomi Venezuela selama ini sudah hancur. Meski disebut memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela saat ini hanya menghasilkan sepertiga dari kebutuhan minyak global 3,5 juta barel per hari.

Pekan lalu, Guaido yang menjabat sebagai kepala Majelis Nasional mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela. Proklamasi ini didukung Trump dan semua sekutu dekatnya di Eropa maupun Amerika.

Kesal, Maduro yang dibekingi militer tidak tinggal diam. Maduro memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington. Dia memberi waktu 72 jam kepada semua diplomat AS agar meninggalkan negaranya. Dilansir Reuters, Selasa (29/1), menjadi hari terakhir diplomat AS di Caracas. Sebaliknya, semua diplomat Venezuela telah ditarik dari Washington.

Baca juga : PM Palestina Mundur, Pukulan Rekonsiliasi Hamas-Fatah

Sementara itu, The Independent, Minggu (27/1), membuat laporan khusus mengenai pernyataan Utusan Khusus PBB, Alfred de Zayas, yang pernah memantau Venezuela dan membuat laporan panjang ke Dewan Keamanan PBB.

Pada laporan pertamanya mengunjungi Venezuela, De Zayas menyatakan, sanksi ekonomi yang diterapkan AS adalah illegal. Embargo ekonomi itu juga memicu kejahatan terhadap kemanusiaan menurut hukum internasional. Menurut Alfred de Zayas yang mengakhiri tugasnya di PBB Maret 2018, sanksi AS itu bentuk peperangan ekonomi melawan Venezuela, yang melukai dan mem- bunuh rakyat negara itu. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.