Dark/Light Mode

Top, Pengaruh China Di Eropa Kalahkan AS

Senin, 18 Mei 2020 10:34 WIB
Diskusi Online: (dari kiri ) Dubes Djauhari Oratmangun Dubes, Dubes Tantowi Yahya, Darmansjah Djumala, Aldi Ardhian Hartanto dan Fauzi Riski sebagai MC di acara virtual Hack The Crisis, Minggu (17/05).
Diskusi Online: (dari kiri ) Dubes Djauhari Oratmangun Dubes, Dubes Tantowi Yahya, Darmansjah Djumala, Aldi Ardhian Hartanto dan Fauzi Riski sebagai MC di acara virtual Hack The Crisis, Minggu (17/05).

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah virus Corona yang melanda dunia ternyata juga membawa perubahan geopolitik. 

Dalam paparan Duta Besar Indonesia untuk Austria, Darmansjah Djumala mengatakan, pandemi memberi jalan bagi China untuk menegaskan pengaruhnya di Benua Biru.

Dalam kondisi normal baru ini, China nampak makin melibatkan diri secara proaktif di Eropa.

Bahkan keterlibatan China di Eropa di tengah pandemi jauh lebih gesit dari organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Baca juga : Gegara Corona, FIFA Batalkan Best Awards

"Normalnya, negara-negara Eropa bakal kompak dan penuh solidaritas dalam membantu di tengah krisis. Namun, di tengah pandemi Covid-19, malah terjadi masalah. Terutama untuk ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)," ujar Dubes Darmansjah dalam diskusi virtual Hack The Crisis, Minggu (17/05) petang.

"Di sinilah China masuk. Melalui pandemi Covid-19, China menciptakan pintu ke geopolitik Eropa. China mengalahkan Amerika Serikat dan negara lain dalam menyediakan bantuan APD," paparnya.

Langkah China ini menguatkan posisi geopolotiknya di Eropa dan mengalahkan rival utamanya, Paman Sam.

Dalam diskusi ini, turut hadir Dubes Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun dan Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya ini, Dubes Darmansjah menjelaskan bahwa langkah China menguatkan kaki di geopolitik Eropa, sudah dimulai beberapa tahun lalu sejak Presiden China Xi Jinping membuat kebijakan inisiatif Jalur Sutra (BRI) yang liputi Asia hingga Eropa.

Baca juga : Dybala Kena Corona Dibantah Sang Pacar

Posisi penyeimbang sekaligus pesaing posisi dan pengaruh AS yang dilakukan China itu sudah dirintis sejak 2012, yaitu lewat kunjungan bersejarah Presiden China, Xi Jinping, ke beberapa negara di kawasan Eropa Timur.

Strategi China di Eropa berlanjut dengan mega proyek BRI. Inisiatif itu ditawarkan, diterima, sekaligus diadopsi dan dikerjasamakan dengan negara-negara Eropa yang membentang dari sisi pantai selatan, pantai utara, serta bagian tengah Eropa.

Inisiatif BRI dikerjasamakan dengan negara-negara seperti Rusia, Armenia, Austria, Polandia, Swiss hingga Portugal. China berupaya mengimbangi kekuatan sekaligus pengaruh AS melalui kekuatan ekonomi yang dimiliki Beijing.

Penggunaan kekuatan ekonomi China dalam penajaman pengaruhnya itu juga diungkapkan Djauhari Oratmangun. Rintisan jalan dan strategi Beijing itu, menurut dia, perlu diperhatikan.

Baca juga : Hoaks, Petugas Penanganan Corona Minta Kaos Bersih

Bahkan jika Indonesia berada dalam posisi seperti China  perluasan pengaruh itu menjadi keharusan, disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Indonesia sendiri ikut juga dalam BRI China bersama 51 negara lain di dunia.

“Keikutsertaan RI dalam BRI China itu disinergikan dengan poros maritim kita, yakni koridor ekonomi di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Bali,” sambung Djauhari. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.