Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Sebelumnya
Kondisi Indonesia saat itu memang lagi kacau. Mereka takut pulang karena banyak yang langsung dipenjara dan bahkan terbunuh.
Mereka menolak disebut komunis, dan kebanyakan mengaku sebagai Sukarnois. Akibat dari itu mereka kehilangan kewarganegaranya (stateless), dan tidak boleh bepergian sejauh lebih dari 30 km.
Baca juga : Gigi Hadid, Perdana Pamer Baby Bump
Merekajuga tidak berani menulis surat kepada keluarganya di Indonesia, khawatir bisa memperburuk kondisi mereka. Praktis hubungan mereka terputus selama 30-an tahun dengan Indonesia. Beruntung ada Reformasi sehingga mereka bisa berkunjung ke Indonesia sejak saat itu.
Ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI, sebagian besar dari mereka melarikan diri ke negara-negara Barat, terbanyak di Belanda, juga negara Eropa Timur seperti Chekoslovakia, Romania, Hongaria dan lain-lain. Yang tinggal di Uni Soviet diperkirakan antara 15-20 orang saja.
Baca juga : Santunan Rp 300 Juta Per Orang Disalurkan Kepada Nakes
Saat ini hanya ada sekitar 4 orang yang masih hidup, dan yang paling aktif satu orang, Profesor Sudaryanto, yang memang datang belakangan, tahun 1964. Beliau seorang profesor ekonomi dan mengajar di Universitas Koperasi di Moskow, aktif di gerakan diaspora.
Lubarto, sekitar 50 tahun, memiliki tiga gelar master di bidang ekonomi dan hukum, bisnis administrasi dan strategi pemasaran. Dia mengaku masih melakukan kontak dengan saudara-saudaranya di daerah Banyumas, dengan memanfaatkan google translate.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya