Dark/Light Mode

Cerita Sukses Selandia Baru Tangani Corona Empat Bulan

Tantowi Yahya Nyanyi Mantel Banyak Warna

Selasa, 28 Juli 2020 07:50 WIB
Tangkapan layar Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya di acara RMInsight yang diadakan Rakyat Merdeka secara virtual, Senin (27/7). (Foto: Instagram)
Tangkapan layar Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya di acara RMInsight yang diadakan Rakyat Merdeka secara virtual, Senin (27/7). (Foto: Instagram)

 Sebelumnya 
Percaya atau tidak, Tantowi menyebut sejumlah negara seperti Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Samoa, sampai saat ini, nol kasus. Hal ini karena mereka menutup pintu perbatasannya. Sampai-sampai, warga negaranya yang berada di luar negeri, sulit masuk.

“Tapi, nanti negeri itu cenderung akan masuk juga. Ketika dia gak tahan, membuka dirinya untuk kepentingan ekonomi, pariwisata. Negeri itu mati, karena gak ada turis yang masuk. Selandia Baru per 30 Maret itu, industri yang mati pertama itu, pariwisata. Tapi karena celengannya banyak, dia kuat untuk bertahan. Kita tentu saja sulit melakukan itu,” imbuhnya.

Soal lockdown, kenapa Selandia Baru berhasil? Karena pemerintah di sana mensubsidi rakyatnya. Tak tanggung-tanggung, pekerja formal di sana diberikan bantuan hingga 70 persen dari gaji mereka. Sedangkan pekerja informal, mendapat 50 persen dari gaji.

Baca juga : Anies-Emil ke Pantai, Ganjar Main ke Candi

Kata Tantowi, ini yang membuat Indonesia tak akan mampu melakukan lockdown. Dari sejumlah perbedaan itu, menurut dia, masih ada yang bisa dicontoh Indonesia. Pertama, disiplin. Kesadaran warga Selandia Baru sangat tinggi, sehingga mereka mampu dengan cepat mengalahkan corona. Kedua, komunikasi.

Tantowi menilai, konsistensi dan transparansi membuat masyarakat percaya ke pemerintahnya. Meski begitu, belum ada satupun pejabat negara di Indonesia yang secara langsung meminta masukan darinya atas apa yang dilakukan pemerintah Selandia Baru.

“Karena saya sering muncul di webinar, mungkin mereka anggap lebih dari cukup dijadikan referensi untuk mengambil keputusan. Kebijakan yang diambil pun agak berbau-bau yang dilakukan di sini. Apakah resapan dari informasi yang di-share, saya tidak tahu. Tapi ada banyak kebijakan yang mirip dengan Selandia Baru, menurut saya bagus,” cetusnya.

Baca juga : "Saya Tak Mau Hattrick"

Di akhir diskusi, Tantowi yang dikenal juga sebagai musisi, menunjukkan kepandaiannya bernyanyi. Tantowi menyanyikan sebuah lagu ciptaan legenda hidup musik country Amerika, Dolly Parton berjudul Coat of Many Colors.

Kata Tantowi, lagu ini sangat berkesan bagi dirinya, karena menceritakan sebuah keluarga miskin yang inspiratif. Tepatnya, remaja berusia 15 tahun yang tinggal hanya dengan ibunya. Saat musim dingin, remaja ini kedinginan. Meski tak mampu membelikan mantel, sang ibu tak patah semangat.

Dia merajut berbagai potongan kain berwarna dari tetangganya. Sang anak pun bangga dengan mantel berwarna. Sampai satu saat, dia dibully teman sekolahnya karena mengenakan mantel yang dianggap tak layak pakai. Namun dia tetap bangga, dan menganggap mantel ini yang paling mahal, karena dijahit sendiri oleh ibunya.

Baca juga : Hikmah Corona, Petani Hutan Kini Melek Teknologi

Alunan suara gitar mulai berbunyi. Tantowi pun segera bernyanyi, mengakhiri acara ini. “Back through the years. I go wonderin’ once again. Back to the seasons of my youth. I re call a box of rags that someone gave us. And how my momma put the rags to use. There were rags of many colors”. Ki rakira seperti itu liriknya. “Terima kasih semuanya, maafkan kalau tidak memuaskan, terutama yang bernyanyi tadi,” katanya tersenyum sambil melambaikan tangan. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.