Dark/Light Mode

Gara-gara Klaster Gereja Dan Parpol

Dikit Lagi, Korsel Dihantam Gelombang Kedua Corona

Senin, 24 Agustus 2020 06:25 WIB
Para petugas dilengkapi pakaian pelindung menyemprotkan cairan desinfektan di sebuah pasar di daerah Daegu, Korea Selatan, menyusul meluasnya wabah virus corona di negara itu, Minggu (23/2/2020). (AFP/YONHAP/SOUTH KOREA OUT)
Para petugas dilengkapi pakaian pelindung menyemprotkan cairan desinfektan di sebuah pasar di daerah Daegu, Korea Selatan, menyusul meluasnya wabah virus corona di negara itu, Minggu (23/2/2020). (AFP/YONHAP/SOUTH KOREA OUT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kasus penularan Covid-19 di Korea Selatan kembali melonjak setelah adanya dua klaster penularan baru. Sedikit lagi, Negeri Ginseng bakal dihantam gelombang kedua wabah corona.

Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mencatatkan 397 kasus baru pada Sabtu malam (22/8). Ini merupakan jumlah tertinggi sejak Negeri Gingseng berhasil melandaikan jumlah penularan pada Maret.

Sejumlah langkah pembatasan aktivitas warga dan penelusuran kontak dengan mereka yang tertular langsung dilakukan. Sebelumnya, pengetatan pembatasan sesungguhnya telah dilakukan sejak pekan lalu di wilayah ibu kota, Seoul.

Pembatasan dilakukan setelah jumlah kasus harian mencapai 300 kasus dalam dua hari berturut-turut. “Kami berada pada tahap yang sangat genting, di mana kami dapat melihat awal gelombang kedua secara nasional,” terang Menteri Kesehatan Park Neung-hoo.

Dia menambahkan, dua klaster telah ditetapkan sebagai pusat penularan utama beberapa kasus baru di Seoul. Klaster pertama adalah pertemuan anggota partai politik.

Baca juga : Polisi Leader, KPK Follower

Sedangkan klaster kedua merupakan sebuah misa di Gereja Sarang Jeil. Sayangnya, pihak Gereja Sarang Jeil malah menuntut pemerintah karena telah menuduh mereka memiliki jumlah jemaat positif yang banyak.

Gereja Sarang Jeil merupakan kelompok keagamaan kedua yang dituduh menjadi penyebab lonjakan kasus di Negeri Gingseng itu sejak 12 Agustus lalu. Pemerintah menuduh gereja menghalangi upaya untuk mencegah penyebaran wabah dengan tidak memberikan daftar lengkap anggotanya.

Serta menyebarkan berita palsu yang semakin menghambat usaha penanganan wabah sehingga menyebar cepat. Sementara, anggota gereja menyebut diri mereka sebagai korban perburuan penyihir yang bernuansa politis.

Saat kasus infeksi pertama melibatkan jemaat Sarang Jeil diumumkan, pemerintah menjelaskan anggota gereja melanggar instruksi jarak sosial.

Tiga hari kemudian, para pemimpin gereja serta jemaat menghadiri unjuk rasa besar anti-Presiden Moon Jae In di Seoul pada 15 Agustus. Dalam unjuk rasa itu Pendeta Jun Kwang Hoon mengatakan, Moon meneror gereja dengan virus Wuhan.

Baca juga : Polisi Korsel Tangkap Lee Man-hee

Merujuk pada kota di China tempat awal mula wabah. Kementerian Kesehatan Korsel menyatakan, telah melaporkan Jun karena melanggar aturan isolasi mandiri dengan berpartisipasi dalam unjuk rasa.

Serta menghalangi penyelidikan medis.Pria yang juga dikenal sebagai kritikus pemerintah itu kemudian dites positif Covid-19. Hingga Sabtu (22/8), total kasus Covid-19 melibatkan gereja Sarang Jeil di Seoul utara mencapai 796 orang.

Ini merupakan klaster penularan terkait aktivitas keagamaan terbesar sejak kasus Gereja Yesus Shincheonji melibatkan lebih dari 5.000 jemaat pada akhir Februari.

Selain itu kasus gereja Sarang Jeil merupakan lonjakan besar pertama di Korea Selatan belakangan ini. Yang membuat total kasus di negara itu menjadi 16.670 penderita.

Presiden Moon Jumat lalu menyerukan hukuman bagi siapa pun yang menghalangi langkah pencegahan wabah virus corona. Termasuk mereka yang menyebarkan berita palsu.

Baca juga : Contoh Vietnam Gercep Tangani Corona

Langkah-langkah pembatasan diperluas. Termasuk pembatasan pertemuan dan pertandingan olahraga yang akan diberlangsungkan tanpa penonton lagi. Semua pantai di Korea Selatan juga akan ditutup.

Sebelumnya, Korsel termasuk salah satu negara yang pertama kali menemukan kasus Covid-19 selain di dataran China. Tapi, Korsel berhasi mengendalikannya dengan pelacakan (tracing) dan tes secara masif.

Di sisi lain, Korsel tidak pernah memberlakukan lockdown. Seperti yang dilakukan di sebagian besar negara Eropa dan beberapa negara di dunia. Dilansir dari AFP, Korsel jadi contoh berbagai negara untuk memerangi pandemi Covid-19.

Dengan cara disiplin penerapan menjalankan protokol kesehatan. Korsel bahkan mulai mengizinkan penonton dalam jumlah terbatas di dalam pertandingan olahraga pada awal Juli lalu.

Hal ini dibatalkan di wilayah Seoul minggu lalu dan akan dibatalkan secara nasional mulai Minggu (23/8). [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.