Dark/Light Mode

Pemberontak Houthi Yaman Klaim Rudalnya Hantam Ibu Kota Arab Saudi

Jumat, 11 September 2020 16:13 WIB
Tangkapan layar ilustrasi, dari sebuah video yang mengklaim menunjukkan pencegat rudal Saudi menembak jatuh rudal di Riyadh pada waktu yang berbeda. [Tangkapan layar: Twitter]
Tangkapan layar ilustrasi, dari sebuah video yang mengklaim menunjukkan pencegat rudal Saudi menembak jatuh rudal di Riyadh pada waktu yang berbeda. [Tangkapan layar: Twitter]

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemberontak Syiah Houthi (baca; Hutsi) di Yaman menyatakan, rudal balistik Dzul-Faqqar dan tiga drone Samad-3 mereka mengenai sejumlah target penting di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, Kamis (10/9/2020) waktu setempat.

Pernyataan ini, dikutip kantor berita Al Jazeera, disampaikan Juru Bicara Pasukan Houthi, Yahya Sarea. "Serangan itu merupakan tanggapan atas eskalasi permanen musuh dan blokade yang terus berlanjut terhadap negara kami," katanya, dalam pernyataan yang diposting melalui akun Twitter.

Sarea menegaskan, Houthi akan melakukan lebih banyak serangan lagi, jika Saudi melanjutkan agresinya di Yaman.

Baca juga : Pertashop Hadirkan BBM dengan Kualitas dan Harga Setara SPBU

Namun Juru Bicara Pasukan Koalisi Arab, Turki al-Maliki, tidak mengkonfirmasi serangan terhadap Ibu Kota Saudi, Riyadh. Pihaknya hanya mengatakan, pasukan koalisi berhasil mencegat dan menghancurkan sejumlah rudal balistik dan drone peledak yang diluncurkan menuju kota perbatasan, Najran, pada Kamis.

Rudal dan drone pasukan Houthi itu, ujarnya, diluncurkan ke sasaran sipil di Arab Saudi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Dalam pernyataan yang dikutip Saudi Press Agency, al-Maliki mengatakan, rudal dan drone itu menargetkan penduduk sipil dan fasilitas di kota selatan Saudi.

Hingga Jumat, pihak Koalisi, ungkapnya lagi, telah menghancurkan setidaknya enam drone bermuatan bahan peledak yang menargetkan wilayah selatan kerajaan itu.

Baca juga : WHO Puji Arab Saudi

Sejak 2014, Yaman mengalami perang saudara, ketika pasukan pemberontak Houthi Syiah yang didukung Iran merebut sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk ibu kotanya, Sanaa.

Perang saudara ini, antara dua pihak yang masing-masing mengklaim sebagai pemerintah Yaman yang sah. Pihak pertama mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dan berbasis di Aden, dan pihak yang lain mendukung pemerintah Komite Revolusi yang dibentuk oleh kelompok Houthi, didukung oleh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sejak Januari 2015 menguasai ibu kota Sanaa.

Selain itu, kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arabia dan ISIS juga menguasai beberapa wilayah di pedalaman dan sekitar garis pantai Yaman.

Baca juga : Dalma Malhas, Joki Andalan Arab Saudi

Pada 25 Maret 2015, Presiden Hadi melarikan diri dari Yaman, dan koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan militer untuk mendukung kelompok pendukung Hadi yang dikudeta. Saudi terlibat dalam konflik ini bersama sejumlah negara koalisi, yakni Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar dan Bahrain.

Beberapa bulan kemudian, Arab Saudi bersama koalisinya berhasil mengusir pemberontak Houthi keluar dari Yaman selatan menuju utara.

Perang ini setidaknya telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan kehancuran yang meluas. Akibatnya, Yaman yang sudah menjadi salah satu negara miskin di dunia Arab terancam kelaparan. PBB bahkan menyebut Yaman mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.