Dark/Light Mode

Pakai Masker Dan Cuci Tangan Sudah Tradisi

3C, Jurus Ampuh Jepang Tangani Covid Tanpa Lockdown

Kamis, 5 November 2020 21:47 WIB
Pakai Masker Dan Cuci Tangan Sudah Tradisi 3C, Jurus Ampuh Jepang Tangani Covid Tanpa Lockdown

RM.id  Rakyat Merdeka - Tradisi dan budaya yang membentuk perilaku masyarakat, memiliki peran penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Di Jepang, misalnya. Budaya memakai masker - terutama di saat sakit - dan cuci tangan, sudah mengakar sebelum pandemi ini datang.

Jadi, dari protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir, dan menjaga jarak, Jepang sudah memegang teguh 2 poin penting: pakai masker dan cuci tangan. 

Hal ini diungkap dr. Adam Prabata, Kandidat PhD di Fakultas Kedokteran Universitas Kobe, Jepang, Kamis (5/11).

Baca juga : Dokter Gedung Putih: Trump Negatif Covid-19 dan Tidak Menulari

"Di Jepang, sebelum era Covid-19, orang yang batuk, flu, terus nggak pakai masker, maksa masuk kuliah, kerja, pasti disuruh pulang. Karena bisa menularkan dan mengganggu produktivitas orang lain," kata Adam dalam acara Focus Group Discussion bertajuk "Perubahan Perilaku dan Efek Pada Kurva Pandemi" yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Kamis (5/11).

"Kalau di Indonesia, pengalaman saya, ngaku sakit masih nggak dipercaya. Beneran sakit? Nah kalau di Jepang, pasti disuruh pulang biar nggak nularin," tambahnya.

Karena orang Jepang sudah biasa pakai masker, maka meminta warga Sakura memakai penutup mulut di tengah pandemi Covid-19, bukan perkara sulit. Begitu juga kebiasaan cuci tangan. Mereka punya tradisi yang cukup kuat, dalam cuci tangan dengan baik dan benar. 

Baca juga : Indonesia Masuk 5 Negara Top Yang Mampu Tangani Covid

"Di tengah pandemi Covid, tambahannya adalah penggunaan disinfektan. Kalau mau masuk ke suatu tempat, pasti disemprot. Imbauan menyemprot disinfektan ke gagang pintu, juga cukup masif," papar Adam.

Namun, untuk urusan jaga jarak, ternyata masih ada celahnya. Terutama, di kalangan anak muda. Apalagi, di masa awal pandemi, waktunya bersamaan dengan musim Sakura. Di musim ini, muda-mudi Jepang punya tradisi ngumpul bercengkerama.

"Saat awal, anak muda di Jepang bahkan nggak percaya. Katanya Covid-19 ini penyakit orangtua. Alhasil, kasus positif naik. Setelah itu, barulah mereka sadar dan mulai disiplin jaga jarak. Masih ada yang kumpul-kumpul, tapi tidak seperti dulu. Sekarang, kursi di resto dan tempat umum ada jaraknya," ungkap Adam.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.