Dark/Light Mode

Anggap Kebijakan Trump Kolot, Biden Usung America Is Back

Kamis, 26 November 2020 05:13 WIB
Joe Biden mengenalkan tim kabinetnya dari Wilmington, Delaware, Amerika Serikat.
Joe Biden mengenalkan tim kabinetnya dari Wilmington, Delaware, Amerika Serikat.

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menilai kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump kolot. Atas dasar itu, dia mengusung slogan America is back, untuk menggantikan America First yang selama ini digaungkan pengusaha properti itu.

Dia menjelaskan, America is back (Amerika kembali) lebih tepat. Sebab, prinsip America First (Amerika yang pertama) memposisikan AS sebagai negara super yang tidak membutuhkan negara lain.

Menurut Biden, dirinya mengusung America is back, sebagai jalan untuk memperbaiki hubungan dengan para sekutu AS dan mengutamakan kerja sama secara kolektif. Serta, menyasar pada jalan baru atas isu global, seperti perubahan iklim.

Baca juga : Modernland Kembangkan Perumahan Konsep Jepang Di Jakarta Timur

“Mereka adalah tim yang mencerminkan fakta bahwa Amerika kembali, siap untuk memimpin dunia, dan tidak menarik diri, kembali lagi menduduki kursi penting. Siap melakukan konfrontasi terhadap lawan kami dan tidak menyingkirkan sekutu kami, serta siap untuk mempertahankan nilai-nilai kami,” kata Biden di Wilmington, Delaware, AS, Selasa (24/11) waktu setempat, dikutip dari AFP, kemarin.

Pada kesempatan ini, di masa transisi kepemimpinan, Biden mengenalkan anggota kabinetnya. Mereka tampak berdiri di belakang Biden dengan mengenakan masker. Pemerintahan Biden akan resmi bekerja pada 20 Januari 2021.

Di tempat yang sama, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri pilihan Biden, mengatakan, AS tidak dapat menyelesaikan masalah global sendiri. “Kami perlu bekerja dengan negara lain,” kata mantan pejabat Departemen Luar Negeri itu.

Baca juga : Banteng Masih Simpan Tanduk

Linda Thomas Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB pilihan Biden, menggemakan sentimen multilateralisme. “Amerika telah kembali. Multilateralisme telah kembali. Diplomasi telah kembali,” kata Tdiplomat karier berpengalaman itu.

“Tantangan yang kita hadapi, pandemi global, ekonomi global, krisis perubahan iklim global, migrasi massal dan kemiskinan ekstrem, keadilan sosial tak heni-hentinya dan saling berhubungan. Tetapi itu bukannya tidak dapat diselesaikan jika Amerika memimpin,” klaimnya.

Seperti diketahui, di bawah kepemimpinan Trump, AS menunjukkan sikap ketidakpastian terhadap banyak sekutu tradisional AS di Eropa dan bagian dunia lainnya. Suami Melania itu juga tak akur dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan relasi dagang negara itu.

Baca juga : Tanpa Selamat Melania, Jill Biden Susun Agenda Ibu Negara

Trump juga membawa AS hengkang dari sejumlah perjanjian multilateral--misalnya Kesepakatan Paris, perjanjian nuklir Iran, WHO. Serta, menjalin hubungan yang hangat dengan para pemimpin otoriter.

Janji Biden merangkul sekutu AS, termasuk di wilayah Asia Pasifik, menyusul ketegangan dengan China memicu munculnya perbandingan dengan situasi Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet puluhan tahun silam. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.