Dark/Light Mode

Di Tengah Gelombang Pandemi Terburuk

Duka Pasien Covid Di India, Mulai Dari Sulit Masuk RS Hingga Beli Obat Di Black Market

Jumat, 16 April 2021 15:28 WIB
Warga India berjubel di sebuah laboratorium di Noida, hanya untuk dites PCR (Foto: BBC)
Warga India berjubel di sebuah laboratorium di Noida, hanya untuk dites PCR (Foto: BBC)

 Sebelumnya 
Kisah ini dialami Nabeel Ahmed di sebuah kota kecil di India Utara. Sang ayah didiagnosis positif Covid pada Jumat (9/4). Lima hari kemudian, mulai sulit bernapas. Dokter pun menyarankan Nabeel untuk membeli tabung oksigen, untuk pemakaian di rumah.

Demi mendapatkan satu tabung oksigen, Nabeel berkendara selama 4 jam ke kota lain.

"Saya butuh 8 jam perjalanan pulang pergi untuk mendapatkan tabung silinder  itu," tutur Nabeel.

Masalah besar lainnya yang dihadapi pasien di kota-kota kecil adalah penolakan laboratorium swasta untuk melakukan rontgen dada dan CT scan. Dokter sering meminta tes ini untuk menilai perkembangan penyakit.

Baca juga : Sri Mulyani: Negara Tetangga Dekat Kita Semua Tersungkur

Yogesh Kumar, yang tinggal di Kota Utara Allahabad mengatakan, satu-satunya cara agar bisa di-rontgen adalah dengan dirawat di rumah sakit. Atau menjalani tes di rumah sakit yang dikelola pemerintah, yang daftar tunggunya panjang. 

"Sungguh luar biasa, saya tidak dapat melakukan rontgen untuk pasien saya. Kami hanya mengandalkan laporan darah, untuk menilai penyakit dalam beberapa kasus, yang tentunya tidak ideal," ujar seorang dokter di Allahabad.

Krematorium Luar Biasa Sibuk

Krematorium di banyak kota di India, terkena dampak parah. Situasi ini berlangsung siang dan malam.

Baca juga : Ganjar: Kalau 10 Kiai Mau Dan Memenuhi Syarat, Itu Sudah Hebat Banget

Dalam beberapa kasus, keluarga harus menunggu beberapa jam untuk mengkremasi jenazah. 

Laporan teranyar menyebutkan, struktur logam tungku di dalam krematorium di kota Surat,  wilayah barat India mulai meleleh karena beroperasi siang dan malam tanpa jeda.

Sebuah video pendek yang menunjukkan lusinan pembakaran kayu di pemakaman di kota utara Lucknow pada tengah malam, viral belum lama ini. Banyak anggota staf di krematorium bekerja tanpa istirahat. Mereka mulai lelah.

Kebanyakan orang sibuk bertanya, apakah situasi ini dapat dihindari.

Baca juga : Petani Sawit Minta Bea Keluar Dinolkan

"Kami tidak belajar dari gelombang pertama. Kami menyadari gelombang kedua akan datang. Tetapi, kami tidak berencana untuk menghindari kejadian yang tidak menguntungkan seperti kekurangan obat-obatan, tempat tidur dan oksigen," kata Ahli Epidemiologi Dr Lalit Kant.

"Kami bahkan tidak belajar dari negara lain yang menghadapi keadaan serupa," tandasnya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.