Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (66)

Khitan Di AS: Motif Medis

Minggu, 30 Juni 2019 06:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Penulis sejumlah negara. pernah menghadiri perdebatan sengit tentang khitan perempuan yang dilaksanalan PBB di New York pada tgl 3 Maret 2010. Dalam sidang ke-54 Komite Kedudukan Perempuan yang dihadiri 193 negara seluruh dunia, yang juga dihadiri sejumlah the first lady, menteri urusan pemberdayaan perempuan, dan artis serta presenter kawakan seperti Maria Hinolosa yang tampil sebagai pembicara.

Bahkan di sela-sela persidangan, diadakan diskusi panel dadakan yang difasilitasi PBB dengan menampilkan pembicara kawakan, seperti Chantal Compaore (the first lady dari Burkina Faso), Maria Rosaria Carfagna (Menteri Kesetaraan & Gender Italia), Ndeye Khady Diop (Menteri Negara Urusan Rumah Tangga, Ketahanan Pangan, Keterampilan Perempuan, Mikro Ekonomi, dan Perlindungan Anak, Senegal), dan Mushira Khattab (Menteri Negara Urusan Keluarga dan Kependudukan Mesir).

Dalam diskusi panel ini para pembicara dan partisipan mengecam khitan perempuan dengan alasan bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Sejumlah pembicara dari negara muslim, seperti dari Mesir, dengan tegas menolak agama (Islam) dilibatkan di dalam khitan perempuan. Mereka menganggap dasar agama khitan anak perempuan tidak jelas dan tidak tegas. Oleh karena itu, mereka juga ikut menolak khitan terhadap anak perempuan.

Baca juga : Khitan di AS: Motif Medis

Sejumlah negara mengusulkan agar pelaku khitan terhadap perempuan dijatuhkan sanksi yang tegas, kalau perlu diberikan pasal-pasal mutilasi, yang memotong-motong orang secara keji. Jauh sebelum pertemuan ini, pada tahun 1960, sebuah konferensi yang disponsori PBB yang bertema Participation of Women in Public Life di Addis Ababa.

Delegasi perempuan Afrika ketika itu  mempertanyakan kepada WHO tentang khitan pada perempuan yang dinilainya sebagai pelanggaran martabat kemanusiaan (violation of human dignity). Setelah itu, pihak WHO melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa khitan pada perempuan di beberapa tempat di Afrika dinilai sebagai problem serius (a serious medical problem).

Beberapa kali PBB mengeluarkan resolusi agar khitan perempuan dihentikan di muka bumi ini. Namun seruan ini sepertinya tidak mempan karena masih banyak sejumlah negara menganggap khitan anak perempuan sebagai kewajiban agama. Pengalaman penulis beberapa tahun terakhir ini mengikuti sidang-sidang pemberdayaan perempuan di PBB, selalu saja khitan anak perempuan muncul sebagai isu menarik.

Baca juga : Khitan Di AS: Teologi Khitan

Para peserta semuanya sepakat menghentikan khitan anak perempuan tetapi kenyataannya belum bisa dihapuskan sampai hari ini. Negara-negara yang menerapkan khitan terhadap anak perempuan pada umumnya negara-negara muslim yang bermazhab Syafii, seperti di beberapa negara di Afrika khususnya Sudan.

Di Sudan, terutama di daerah-daerah pedalaman, masih banyak menerapkan khitan terhadap anak perempuan yang sangat mengerikan. Penulis pernah menyaksikan sendiri seorang anak perempuan Sudan, kaki dan tangannya dipegangi oleh beberapa orang, kemudian seorang perempuan tua dengan leluasa mengiris-iris dengan silet labia minora anak perempuan tersebut.

Bukan hanya sekali tetapi berkali-kali diiris sampai betul-betul bersih. Setelah itu diolesi abu dapur yang sudah disiapkan. Bisa dibayangkan, tanpa dibius, lalu pendarahannya dihentikan dengan debu yang belum tentu steril. Saya kira di dalam Islam tidak pernah ada contoh dan penjelasan hadis yang dapat dijadikan dasar untuk praktek semacam ini.

Baca juga : Islamophobia Dan AS

Imam Syafi’ memang menganjurkan khitan anak perempuan tetapi lebih merupakan formalitas, seperti yang dilaksanakan di Indonesia. Tidak disyaratkan harus membuang sesuatu dari anak perempuan tetapi melecetkan sedikit dari kelamian perempuan itu. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.