Dark/Light Mode

Tantangan Global Umat Masa Depan (27)

Filosofi Dan Strategi Fathu Makkah

Sabtu, 25 Juni 2022 06:39 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Alhasil, Abi Sufyan bersama pembesar kaum Quraisy menyerah dan bersedia berdamai dengan Rasulullah. Rasulullah meminta kepada para pimpinan pasukannya untuk menyatakan: “Hari ini adalah hari kasih sayang” (alyaum yaumul marhamah), hari pengampunan. Siapa yang masuk dipelataran Ka’bah mereka aman, demikian juga yang masuk di halaman rumah Abi Sufyan dan yang masuk ke dalam rumah dan mengunci rumahnya juga aman. Terjadilah revolusi Fathu Makkah tanpa setetes darah mengucur.

Ada kisah unik di dalam kasus ini. Salah seorang sahabat Rasulullah berteriak: alyau yaumul malhamah (hari ini adalah hari pertumpahan darah).

Penduduk Mekah ketakutan lalu Abi Sufyan protes, kenapa menjadi hari pertumpahan darah padahal disepakati hari kasih sayang dan hari pengampunan.

Baca juga : Mengaktualkan Peran Sosial Agama

Rasulullah menjawab, tidak begitu maksudnya. Sahabat itu cadal, tidak bisa menyebut huruf ra, sehingga huruf ra diucapkan dengan la. Maka jadinya alyaum yaumul marhamah (hari ini hari kasih sayang) diucapkan alyaum yaumul malhamah (hari ini hari pertumpahan darah).

Setelah itu Rasulullah meminta sahabat tadi berhenti bicara dan mengikuti persepakatan yang telah disepakati bersama.

Penyelesaian Fathu Makkah sangat manusiawi dan menyalahi tradisi perang Arab, bahwa negeri yang ditaklukkan laki-lakinya dibunuh dan perempuannya dijadikan budak. Hari itu betul-betul tidak ada balas dendam. Revolusi tanpa pertumpahan darah. Revolusi tanpa balas dendam. Revolusi dengan biaya murah, dan revolusi yang melahirkan keutuhan dan kedamaian monumental. Itulah revolusi Nabi.

Baca juga : Posisi Ideal Ulama Dan Umara

Sebuah revormasi atau revolusi yang melahirkan banyak korban, baik harta maupun jiwa bukanlah sebuah contoh ideal.

Langkah demi langkah perjuangan Nabi Muahammad SAW mengangkat martabat umat manusia khususnya bangsa Arab dan lebih khusus lagi umat Islam, betul-betul patut diaktualkan kembali.

Nabi tidak pernah menolerir kekerasan, apalagi terorisme sebagai strategi perjuangan. Jika ada orang atau kelompok membela Islam dengan cara kekerasan apalagi dengan caracara terorisme, pasti melukai sejarah pejuangan Nabi. Mari kita belajar kecerdasan berdiplomasi dari Nabi Muhammad SAW.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.