Dark/Light Mode

Menolak Nepotisme

Senin, 27 Juni 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Pejabat yang ditunjuk sebagai gubernur di beberapa propinsi pun bukan dari keluarga dekatnya. Tidak heran ketika Nabi wafat, muncul persoalan krusial karena Nabi tidak pernah memberikan fatwa atau isyarat, siapa nanti yang akan menggantinya saat ia sudah tiada.

Ketika Nabi wafat pada Senin 12 Rabiul Awal 632 M, sebagian anggota masyarakat panik mengenai penggantinya sebagai kepala pemerintahan di Madinah. Kepanikan ini berbuntut pada penundaan pemakaman Nabi selama tiga hari.

Baca juga : Memaralelkan Jihad Dan Patriotisme

Umar ibn Khaththab berdiri dengan pedang terhunus di samping Nabi dan mengatakan, siapa yang mengatakan Nabi wafat, dia akan tebas lehernya. Hal itu karena begitu dalam cinta Umar terhadap Nabi. Ia mengatakan, Nabi hanya pingsan seperti pingsannya Nabi Musa tiga bulan saat menatap sinar ciptaan Ilahi di Bukit Turisinin.

Sahabat paling senior, yakni Abu Bakar, tidak ada di tempat karena ia hadir di Bani Tsaqifah, yang di sana ada dua kelompok, yaitu pimpinan Suku Khazraj dan Suku Aus dari kalangan Muhajirin. Ia sendiri diminta oleh kaum Muhajirin mengikuti pertemuan penting itu.

Baca juga : Filosofi Dan Strategi Fathu Makkah

Para peserta pertemuan menyetujui pendapat yang dipesankan Umar kepada pertemuan itu, bahwa yang paling tepat menggantikan Nabi Muhammad sebagai kepala pemerintahan ialah Abu Bakar, dengan berbagai pertimbangan. Usulan itu disetujui, sehingga Abu Bakar langsung dibaiat sebagai khalifah pertama pengganti Nabi Muhammad sebagai Kepala Pemerintahan. Baiat ini terkenal dengan Baiat Tsaqifah.

Walaupun mulanya ada masalah kecil, karena keluarga dekat Nabi tidak dilibatkan, seperti Fatimah, anak tunggal Nabi yang hidup, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin ’Affan, dan lan-lain. Fatimah diketahui tidak ikut membaiat Abu Bakar. Ali, suami Fathimah, nanti membaiatnya sesudah Fatimah, isterinya meninggal.

Baca juga : Mengaktualkan Peran Sosial Agama

Nabi sendiri tidak pernah mengisyaratkan Ali ibn Abi Thalib, suami anak perempuannya sekaligus sepupunya, sebagai pengganti. Yang ribut belakangan setelah Nabi wafat ialah para pengikut dan loyalis antar tokoh yang dipandang dapat menjadi khalifah. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.