Dark/Light Mode

Menghemat Politik Identitas (47)

Islam Nusantara: Anti Politik Identitas

Minggu, 2 Oktober 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Islam Nusantara memperkenalkan Islam sebagai agama terbuka memiliki pola dialektik dengan lingkungan garapan­nya, memiliki batas toleransi dan kekuatan adaptasi yang memungkinkan dirinya diterima setiap orang dan kultur lokal, sungguh pun orang dan kultur itu sama sekali asing dengan dirinya sendiri sebagai agama yang pertama kali diturunkan di dalam masyarakat Arab.

Keunikan yang dimiliki Islam, sebagaimana umumnya agama-agama lain, sering berhadapan dengan masalah kon­tekstual dan kontemporer rumit. Namun perlu dicatat, bahwa meskipun Islam Nusantara memiliki kekuatan toleransi dan adaptasi terhadap nilai-nilai kearifan lokal, tetapi tegak di atas perinsip Ajaran Dasarnya.

Baca juga : Antara Politik Islam Dan Islam Politik

Kearifan lokal yang tidak sejalan atau bertentangan dengan Ajaran Dasarnya dengan tegas Islam menolaknya. Islam mengenal dan memperjuangkan toleransi tetapi Islam juga memiliki konsep bid’ah, yaitu sebuah kriteria yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan ajaran mana yang perlu ditolak dan yang dapat diterima. Ajaran yang menyimpang dari prinsip ajaran atau Ajaran Dasar maka itulah disebut bid’ah.

Memang tidak mudah dan sekaligus memerlukan waktu untuk menciptakan harmonisasi antara ajaran dan kearifan lokal. Seperti halnya dengan agama-agama lain, persoalan yang sering muncul ialah, mestikah keharmonisan diper­tahankan sekalipun ditegakkan di atas landasan yang batil? Atau mestikah harmonisasi itu dikorbankan demi menegak­kan ajaran yang haq?

Baca juga : Memelihara Akhlak Berpolemik

Di sinilah seninya mengembangkan ajaran agama di atas nilai-nilai lokal yang sudah mapan. Satu sisi kita harus mengembangkan ajaran agama secara utuh (kaffah), tetapi di sisi lain harus tetap melestarikan kearifan lokal. Di sinilah salah satu fungsi negara, bagaimana menjembatani ketegangan konseptual yang berhadap-hadapan satu sama lain di dalam negara.

Islam Nusantara, sekali lagi ditegaskan, tidak bermaksud menaiki level Ajaran Dasar, apalagi menggeser nilai-nilai dasar Islam yang orisinal. Karena kalau hal itu terjadi, maka persoalan sinkretisme dan khurafat akan muncul. Padahal keduanya ditolak oleh Ajaran Dasar Islam. Islam Nusantara selalu bermain di dalam ranah level bawah, di dalam wilayah Ajaran Non Dasar (furu’iyyah). Allahu a’lam. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.