Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (91)

Islam Jalan Tengah

Senin, 29 Juli 2019 14:26 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Istislam adalah seruan kedamaian dan kepasrahan yang lebih cepat, tegas, rigit, dan sempurna (perfect). Allah Swt memberi nama agamanya yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dengan agama Islam. 
Bukan agama salam (kepasrahan tanpa konsep). Bukan juga agama istislam yang lebih mengutamakan kecepatan, ketegasan, dan kesempurnaan dalam memperjuangkan kedamaian dan kepasrahan. Kata islam itu sendiri mengisyaratkan jalan tengah atau moderat (tawassuth). 

Di dalam Al-Qur’an disebutkan: Inna al-dina ‘inda Allah alislam (Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam/QS. Ali Imran/3:19), man yabtagi gair al-islam dinan falan yuqbala minhu (Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya/QS. Ali Imran/3:19). 

Baca juga : Keresahan Anak-anak LGBT

Perhatikan ayat-ayat tersebut di atas semuanya menggunakan kata Al-islam, dengan menggunakan alif ma’rifah (al), bukan islam dalam bentuk nakirah, bukan juga salam atau Istislam. Ini semua menunjukkan bahwa dari segi bahasa saja Al-islam (Islam) sudah meng isyaratkan jalan tengah, moderat, dan sudah barang tentu menolak kekerasan dan keonaran. Seharusnya seorang muslim (orang yang beragama Islam) itu mengedepankan kedamaian, ketundukan, kepasrahan dan pada akhirnya merasakan ketenangan lahir batin.

Agaknya kontradiktif jika panji-panji Islam dibawa-bawa untuk sesuatu menyebabkan lahirnya kekacauan dan ketidaknyamanan. Apa lagi jika atas nama Islam digunakan untuk melayangkan nyawa-nyawa orang yang tak berdosa, sangat tidak sepadan dengan kata islam itu sendiri. 

Baca juga : Keresahan Orangtua Migran Muslim

Kelompok minoritas liberal muslim memaknai Islam dengan konteks salam, yang lebih bersifat inklusif-substantif, sementara kelompok minoritas radikal muslim lebih memaknai Islam dengan konteks istislam, yang menuntut adanya intensitas dan semangat progresif di dalam mewujudkan nilai dan norma Islam. 

Kelompok mainstream muslim memaknainya sebagai islam, sebuah sistem nilai dan norma kemanusiaan yang terbuka dan moderat. Warga masyarakat AS lebih mudah menerima Islam jika dijelaskan secara rasional. 

Baca juga : Dilema Anak-anak Migran Muslim

Ayat dan hadis penting tetapi ditempatkan sebagai kekuatan legitimasi dan justifikasi. Narasi Islam yang rasional, paralel dengan pengetahuan publik, terutama komunitas akademik, itulah paling tepat. Berdakwah di AS memerlukan metodologi tersendiri yang berbeda di negara-negara mayoritas muslim di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan dan Tenggara. ***
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.