Dark/Light Mode

Membaca Ulang Al-Qur’an (21):

Antara al-Qur’an dan al-Furqan

Rabu, 12 April 2023 07:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Makna isyari Al-Qur’an dan Al-Furqan dan fungsinya bisa dibedakan. Secara populer, Al-Qur’an dan al-Furqan mempunyai arti sama, yakni kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Jibril, kemudian menjadi sebuah Kitab tuntunan hidup bagi umat Islam.

Secara harfiah, al-qur’an berasal dari akar kata qara`a-yaqrau berarti menghimpun atau mengumpulkan (al-jam’), membaca (al-nuthq).

Dari akar kata tersebut lahirlah kata al-qur’an berarti himpunan atau kumpulan (solidifications). Dari akar kata yang sama lahir kata Al-Qur’an yang berarti Kitab Suci yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril untuk dijadikan tuntunan hidup bagi umatnya. Disebut Al-Qur’an karena kitab itu berisi bacaan atau himpunan (qur’an) dan kandungannya menghimpun keseluruhan inti ajaran kitab-kitab suci sebelumnya.

Baca juga : Bagaimana Merasakan Kehadiran Wahyu? (2)

Dalam pandangan tasawuf, sebagaimana dijelaskan Dawud al-Qusyairi, salah seorang musyariih Kitab Fushush al-Hikam karya Ibn Arabi, al-qur’an dimaknai sebagai himpunan dari berbagai realitas dan entitas yang ada.

Al-qur’an sering dijadikan istilah untuk maqam lebih tinggi (al-maqam al-‘ulya) atau sering menjadi atribut bagi ‘manusia langit’ (al-insal al-samawi), yaitu orang-orang yang sudah memandang pluralitas kehdupan dan heterogenitas alam semesta sebagai wujud entitas Ilahi (al-jam’iyyah al-ilahiyyah/single divine-entity).

Al-Qur’an menjadi atribut bagi orang yang sudah sampai kepada maqam atas, yang tidak terganggu lagi dengan kehadiran entitas-entitas yang bermacam-macam bahkan cenderung berkontradiksi satu sama lain.

Baca juga : Bagaimana Merasakan Kehadiran Wahyu? (1)

Manusia langit (al-insan al-samawi) yang biasa disebut manusia qur’ani (al-insan al-qur’ani), tidak lagi sibuk mencari identitas setiap entitas yang ada. Karena mereka sudah sampai kepada kesadaran bahwa pluralitas kehidupan dan heterogenitas entitas yang ada sesungguhnya adalah satu (the oneness).

Apa yang tampak sebagai the whole entity dalam alam semesta ini, baik makrokosmos maupun mikrokosmos, tidak lain adalah pengejawentahan (tajalli) diri-Nya Sang Maha Esa.

Orang yang sampai kepada maqam ini disebut maqam al-qurb al-nawafil.

Baca juga : Pendekatan Hermeneutika (3)

Ada orang yang sampai kepada puncak penyaksian bahwa sesungguhnya yang ada ini tidak ada siapa pun dan apa pun selain Dia Yang Maha Esa (ahadiyyah/the one and only). Maqam ini dalam artikel mendatang disebut maqam Al-qurb al-faraid.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.