Dark/Light Mode

Bisikan Salya Jelang Baratayuda

Senin, 22 Mei 2023 06:29 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Bisikan ada empat macam. Bisikan setan, bisikan hawa nafsu, bisikan makhluk, dan bisikan Tuhan. Bisikan setan yaitu bisikan yang memengaruhi manusia untuk melakukan tindakan buruk.

Bisikan hawa nafsu yakni bisikan yang cenderung mau enaknya saja Tanpa harus kerja keras. Contohnya mau menang tanpa perjuangan. Bisikan makhluk bisikan yang berasal dari teman, saudara, pimpinan dan lain-lain. Bisikan makhluk ada yang baik dan buruk.

Sedangkan bisikan Tuhan dikenal juga dengan “Sir” atau kata hati. Bisikan Tuhan selalu baik dan menjadi petunjuk dalam kita melangkah.

“Bisikan politik masuk kelompok mana, Mo,” celetuk Petruk sambil cengengesan. Romo Semar diam sambil mencari ke mana arah pikiran anaknya tersebut. Memasuki tahun politik apa saja bisa dimaknai sebagai dukungan politik.

Baca juga : Rasisme Sayembara Mandura

Ada yang terang-terangan mendukung politik tertentu. Ada yang malu-malu atau tabu. Sehingga dukungan harus disampaikan dengan cara berbisik.

Seperti biasa di pagi yang cerah, Romo Semar selalu ditemani kopi pahit dan ubi rebus sebagai menu wajib breakfast-nya. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata, di mana Prabu Kresna sebagai duta satria Pandawa gagal untuk meminta kembali kerajaan Hastina dari cengkeraman Kurawa.

Kocap Kacarito, Prabu Kresna tiwikrama mengubah dirinya menjadi raksasa sebesar gunung anakan. Hal ini dipicu tidak konsistennya Duryudana untuk mengembalikan separuh Kerajaan Hastina kepada Pandawa.

Emosi Kresna memuncak tak terkendali. Raksasa jelmaan Kresna ngamuk dan merusak istana Hastina. Bethara Narada turun ke bumi dan meminta Kresna untuk mengubah wujudnya kembali.

Baca juga : Arah Lokomotif Bhisma

Prabu Salya mendekati Kresna setelah berubah wujud menjadi manusia. Salya adalah mertua dari Prabu Duryudana. Karena anak perempuannya yakni Dewi Banowati kawin dengan Prabu Duryudana.

Dalam perseteruan Pandawa dan Kurawa, Salya sebenarnya tidak sependapat dengan Kurawa. Prabu Salya cenderung condong mendukung Pandawa.

Prabu Salya membisikkan kata-kata kepada Kresna sebelum keduanya berpisah. Dengan gagalnya perundingan berarti perang Baratayuda bakal terjadi. Yaitu perang rebutan tahta antardarah Barata di Padang Kurusetera.

Salya berbisik kepada Kresna untuk menitipkan dukungan kepada keponakannya yakni Nakula dan Sadewa. Adik Salya yang bernama Dewi Madrim kawin dengan Pandu.

Baca juga : Endorsement Prabu Salya

Dari perkawinan Pandu dan Madrim melahirkan anak kembar yaitu Nakula dan Sadewa. Di sisi lain, Banowati anak kedua Salya berada di barisan Kurawa. Banowati menjadi istri prameswari Prabu Duryudana.

Dalam perang Baratayuda Salya berperang untuk Kurawa melawan Pandawa. Kesaktian Salya dengan ajian Candabirawa berhasil membunuh banyak pasukan dari pihak Pandawa. Namun pada akhirnya Prabu Salya tewas dikalahkan oleh Prabu Puntadewa.

“Prabu Salya tewas karena kebingungan, Mo,” sela Petruk membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Yang namanya seorang pemimpin seperti Prabu Salya mestinya paham bagaimana harus menentukan sikap dalam perang Baratayuda,” jawab Romo Semar.

“Bingung berarti tidak memiliki pendirian. Akhirnya apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan hati nurani. Sikap Salya yang tidak tegas juga mengakibatkan perpecahan di pihak Kurawa. Sehingga dengan mudah Pandawa dapat mengalahkan Kurawa,” papar Semar sambil ngeloyor pergi. Oye. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.