Dark/Light Mode

Reaktualisasi Tahun Baru Hijriyah (9)

Dari Islam Arab ke Islam Nusantara

Rabu, 11 September 2019 07:06 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah daerah di Indonesia memproklamirkan sebuah istilah menarik sebagai ciri khas hubungan antara agama dan adat istiadat lokal.

Istilah tersebut ialah: “Adat bersendi Syara’ dan Syara’ bersendi Kitabullah” adalah monumen akulturasi Islam dan adat istiadat lokal Nusantara.

Keduanya saling mendukung satu sama lain. Monumen budaya inilah melahirkan peradaban Indonesia yang saat ini menjadi penyelamat wajah Islam.

Banyak pengamat menilai, seandainya tidak ada “Islam Indonesia” maka dunia akan menyimpulkan agama Islam adalah agama kekerasan, bahkan agama teroris.

Baca juga : Jazirah Arab dalam Proto Islam (1)

Akan tetapi kesimpulan ini menjadi tidak relevan dengan hadirnya Islam Indonesia yang menampilkan diri sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, seperlima dari total penduduk dunia Islam, yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), toleransi beragama, demokrasi, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonominya mengesankan, hanya tiga negara muslim masuk di dalam negara G20, yaitu Indonesia, Turki, dan Saudi Arabia.

Indonesia terlibat aktif dalam upaya rekonsiliasi negara-negara yang sedang berkonflik, menggagas beberapa konsep nilai-nilai universal untuk kemaslahatan dunia, seperti penyehatan lingkungan hidup dan lingkungan alam.

Wajah moderat Islam Nusantara bukan hanya mengesankan Indonesia sebagai negara damai dan sejahtera, tetapi juga sekaligus menyelamatkan wajah Islam dari citra negatif yang dimunculkan oleh sekelompok kecil umat Islam yang emosional.

Banyak kalangan membayangkan bahwa negara Timur Tengah sudah selesai tugasnya melahirkan Islam, tetapi tugas pembinaan selanjutnya di tangan Indonsia.

Baca juga : Mengembangkan Religious Mindedness

Negeri yang menduduki posisi strategis secara geografis dan geopolitik ini, berpotensi menjadi kiblat peradaban duiaIslam di masa depan.

Para pemikir Islam Indonesia sejak semula berasumsi bahwa antara ajaran Islam tidak identik dengan budaya Arab. Islam dan perangkat ajarannya tidak harus identik dengan budaya Arab.

Tidak seorang pun bisa mengklaim bahwa Islam harus identik dengan tradisi dan budaya Arab. Dengan kata lain, ajaran Islam dan budaya Arab tidak identik.

Tradisi dan budaya Arab kebetulan merupakan lokus pertama yang menjemput kelahiran Islam. Kita bisa tetap menjadi bangsa Indonesia tetapi pada saat bersamaan bisa menjadi the best muslim bahkan the best muslim society.

Baca juga : Hijrah ke Langit

Islamisasi suatu negeri yes, tetapi arabisasi bisa dikatakan no. Namun perlu diingat, tradisi dan budaya Arab juga mengandung nilai-nilai universal sebagaimana halnya Indonesia. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.