Dark/Light Mode

Pejabat Tinggi Hindarilah Cacat Moral

Jumat, 30 Juni 2023 05:59 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Moral dan etika bisa berubah-ubah, tergantung konteks dan tuntutan masyarakat. Moral di satu masyarakat/negara bisa berbeda dengan masyarakat/negara lain. Perilaku berpacaran di kota-kota besar Indonesia saat ini terus mengalami perubahan: menuju ke tingkat “mengerikan” dibandingkan 10-20 tahun yang lalu. Pengaruh media sosial dan budaya barat membuat pola pacarana muda-mudi di negara kita semakin berani.

Hampir semua profesi seperti ASN (Aparatur Sipil Negara), TNI, Kepolisian, Hakim, Jaksa dan lain sebagainya harus taat pada kode etik yang ketat. Menteri pun diikat kode etik dan moral yang keras. Mereka disumpah sebelum menjalankan jabatannya.

Baca juga : Tidak Ada Kejutan Di Puncak Peringatan Hari Bung Karno

Namun pada “zaman edan” seperti sekarang, pelanggaran terhadap etika dan moral tampaknya semakin edan pula. Setiap hari tindakan-tindakan a-moral dan cacat budaya kerap kita saksikan di layar televisi: seorang ayah memperkosa anak perempuannya sendiri yang masih di bawah umur; di suatu desa ditemukan mayat yang dipotong-potong, disimpan dalam koper baju dan dilempar di tepi sungai; Ada anak perempuan remaja yang ramai-ramai dianiaya oleh 5-6 pelajar lelaki. Masih banyak contoh kasus yang mencerminkan kebejatan moral perilaku manusia Indonesia, yang muda maupun pejabat.

Yang lebih memprihatinkan adalah perilaku bermoral bejat di kalangan petinggi pemerintah. Seorang petinggi Direktorat Jenderal Pajak belum lama ini diobok-obok perilaku bejatnya dengan harta kekayaan sekian ratus miliar; perilaku sama juga menimpa seorang Direktorat Jenderal Bea Cukai Makassar.

Baca juga : Koalisi Semakin Runcing

Yang tidak kalah mengerikan, kasus sekian ratus triliiun Rupiah di Kementerian Keuangan yang dibongkar oleh Menteri Koordinator Polhukam. Hingga sekarang kasus ini belum dituntaskan meski rapat-rapat segitiga – Menko Polhukam, Menteri Keuangan dan Komisi III DPR sudah berlangsung hampir 3 bulan.

Intinya, borok-borok sejumlah petinggi pemerintah kini mulai terungkap ke publik. Gejala apa yang sedang dipertontonkan oleh banyak petinggi pemerintah kita? Gejala kerakusan pejabat tinggi akan uang.

Baca juga : Di Indonesia, Pupuk Pun Dipalsukan

Manusia sebagai Homo Materialistis (manusia yang rakus uang). Oleh Karl Marx, Homo Materialistis disebut lahir dari sistem ekonomi kapitalistis. Artinya, sistem kapitalisme di mana saja banyak melahirkan Homo Materialistis, manusia-manusia yang rakus akan uang. Makin besar kesempatan yang terbuka bagi pejabat atau siapa saja yang punya kesempatan, makin rakus pula manusia itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.