Dark/Light Mode
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (65)
Menyeimbangkan Emosi Jihad Dan Emosi Patriotisme
Sebelumnya
Ada fenomena kekuatan kedua emosi ini akan berhadap-hadapan satu sama lain. Indikator yang bisa dilihat ialah mencuatnya aliran ‘salafi jihadi’ yang bukan hanya menuntut pemurnian ajaran (puritanism) tetapi juga melakukan gerakan menghidupkan kembali semangat keislaman (revivalism) yang dinilai mulai tergerus oleh arus liberalisme yang semakin gencar di dalam masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi karena kelompok ini dimotori oleh kelompok usia muda, pintar, menguasai IT, dan menguasai beberapa bahasa asing, sehingga gerakan mereka lebih gampang “menginternasional”, apalagi dengan dukungan fasilitas media yang begitu mudah diakses. Rasa percaya diri mereka sangat tinggi, karena meskipun kelompoknya minoritas tetapi didukung oleh komunitas internasional. Kita belum tahu pendanaan mereka dari mana, yang pasti mereka memiliki penguasaan media dan penerbitan.
Baca juga : Menghayati Filsafat Ma Limo
Basis penyebarannya bukan lagi di dalam masyarakat RT, RW, atau jamaah masjid, tetapi mereka lebih berkonsentrasi kepada kampus dan sekolah. Mereka sangat ahli mengimplementasikan pengaruhnya melalui kegiatan ex-schools semisal komunitas bela diri, pencinta alam, dan kelompok-kelompok studi. Bahkan di laboratorium pun bisa menyebarkan pengaruh melalui program animasi “cuci otak”.
Baca juga : Membaca Fenomena Deterritorialisasi Umat Islam
Dampaknya lebih jauh ketika mereka menjadi ‘manusia jadi’, misalnya sudah bekerja sebagai guru, memimpin perusahaan, dan menjadi pejabat, maka dengan mudah mereka bisa menghubungkan mata rantai ideology itu antara satu dengan lain, sehingga suatu saat bisa menjadi komunitas ideologis yang luar biasa kuatnya.
Baca juga : Upaya Memperpanjang Ajal Rezim
Bandingkan dengan ‘komunitas patriotisme’ yang sudah mulai tumpul. Pendalaman dan penghayatan terhadap Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa sudah lama tercerabut di lingkungan kampus. Di sekitar lingkungan pacu kita begitu kuat pengaruh globalisasi. Akhirnya ideologi bangsa terjepit di antara ideologi agama dan ideologi pasar bebas. Mungkinkah ‘revolusi mental’ menjadi penyelamat ‘ideologi bangsa’?
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.