Dark/Light Mode
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
Sebelumnya
Yaman Selatan memang bertahun-tahun dilanda perang saudara. Iran diketahui backing kuat salah satu kekuatan yang bertempur di sana.
Senin kemarin, Trump mengeluarkan pernyataan sangat keras. Ia memperingatkan Teheran bahwa Amerika selalu siap bertempur, dan tidak pernah takut menghajar Iran jika negara ini memang terbukti (kuat) dalang dari pemboman kilang minyak Aramco.
Namun, Trump mengaku masih menunggu hasil investigasi menyeluruh yang dilakukan sejumlah instansinya, terutama CIA.
Baca juga : Habibie, Pemimpin Yang Tak Pernah Berhenti Bekerja
Pada waktu yang hampir bersamaan, Teheran juga memperingatkan Washington bahwa Iran lebih dari siap untuk melawan serangan Amerika.
Setiap kali situasi politik di Timur Tengah memanas, harga minyak dunia selalu langsung meningkat tajam. Pasokan minyak yang anjlok otomatis mendongkrak harga minyak global sejalan hukum permintaan dan penawaran.
Sehari setelah insiden atas kilang minyak Aramco, harga minyak di pasaran internasional meningkat hampir 10%.
Baca juga : KPK, Jangan Dimatikan
Di Asia, harga minyak meningkat antara US$ 5 hingga US$ 10 per barel, karena sebagian besar produksi minyak Saudi diekspor ke Eropa dan Asia, termasuk Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani kemarin mengeluarkan pernyataan yang intinya Indonesia mewaspadai perkembangan situasi di Timur Tengah terkait pemboman atas Aramco di Arab Saudi.
Sesungguhnya, Agustus tahun lalu Menteri Keuangan dalam jumpa persnya mengakui bahwa tantangan tersendiri dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 adalah ketidakpastian harga minyak dunia.
Baca juga : Manusia: Homo Saevus atau Pir Bonus
Pada asumsi makro RAPBN 2019, peme rintah mematok harga minyak di tingkat US$ 70 per barel.
“Ini prediksi paling sulit, terus terang kami gunakan US$ 70 dari tren beberapa bulan terakhir. Kami prediksi US$ 70 ini adalah safe range buat APBN yang lebih kredibel,” kata Sri Mulyani, 16 Agustus 2018.
Kemarin, harga minyak Brent meroket 20%, tapi kemudian sempat melemah hingga kembali ke harga awal US$ 69 per barel, meningkat 14,6%.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.