Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (84)

Fenomena New Consciousness Di Baat (2)

Jumat, 15 Desember 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Para pemikir Barat modern mulai menyadari bahwa ada yang salah di dalam relasi antara manusia dan alam semesta. Mereka mulai menyadari bahwa disrupsi alam semesta tidak bisa diselesaikan hanya dengan melakukan reboisasi, reforestasi, pengendalian bahan-bahan kimia, dan mencegah perusakan ekosistem lingkungan. Usaha itu baik tetapi tidak menyelesaikan pesoalan secara mendasar. Mereka bukan hanya menyerukan kesadaran berlingkungan hidup yang sehat tetapi mengusulkan perubahan system teologi terhadap lingkungan. Max Weber juga pernah menyatakan bahwa di dalam merubah perilaku destruktif suatu masyarakat tidak mungkin tanpa meninaju system etika, dan tidak mungkin merubah system etika tanpa merubah system teologi di dalam suatu masyarakat.

Baca juga : Fenomena New Consciousness di Baat (1)

Di antara para ilmuan Barat yang concern terhadap penyelamatan alam semesta ialah Prof. Sayyed Hossen Nasr, profesoor filsafat di Washington University, dalam bukunya “Resacralisation of Nature”, Micia Eliade dalam bukunya “The Sacred & The Profane , Tha Nature of Religion”, dan penulis Perempuan Amerika produktif, Karen Armstrong, terutama dalam buku terbarunya “Sacred Nature”. Tiga buku ini penulis telah baca dan menghayati isinya, ketiganya merekomendasikan perlunya teologi baru di dalam menyelamatkan bumi. Masih ada beberapa buku lain yang sifatnya lebih profokatif, berani menuding agama Keristen dan agama Yahudi sebagai agama yang ikut memperparah kerusakan alam semesta dengan menganalisis sejumlah ayat dalam Kitab Perjanjian Lama. Sebetulnya dalam buku-buku Islam juga banyak ditemukan pemahaman yang keliru tentang konsep penundukan alam semesta (taskhir)  dan kekhalifah manusia di bumi, yang juga bisa memberika legitimasi terhadap penaklukan manusia terhadap alam semesta.

Baca juga : Antropokosmisme vs Antroposentrisme

Filsafat sains Barat yang menjadikan alam semesta melulu sebagai obyek kajian keilmuan dan berikutnya untuk dijinakkan dan ditaklukkan untuk kepentingan manusia. Barat sekuler juga memisahkan Tuhan dengan alam semesta. Tuhan dianggap memiliki wujud tersendiri di tempatnya Yang Maha Agung dan Maha Jauh, sementara alam semesta adalah saranah di dalam menunjuang kehidupan manusia sebagai “khalifah” (penguasa) di bumi. Seolah-olah tidak ada kamus dosa di dalam mengobservasi dan mengelola alam semesta karena dipersepsikan hanya sebagai obyek.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.