Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (30)

Meninjau Fikih Siyasah (3)

Sabtu, 26 Oktober 2019 06:56 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesimpulan-kesimpulan di atas sering dijadikan paradigma di dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Untaian serangkaian ayat-ayat tematis tentang perang yang dilepaskan dari konteksnya melahirkan kegamangan di dalam fikih Islam yang disusun oleh kelompok kepentingan tertentu dalam dunia Islam.

Ayat-ayat kemudian dipotong-potong, dicerabut dari konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, akibatnya ayat-ayat Al-Qur’an tampil menakutkan.

Baca juga : Meninjau Fikih Siyasah (2)

Hal seperti ini pula dilakukan oleh seorang murtad dari Mesir, Mark A.Gabril yang kini menetap di AS, dalam bukunya “Islam and Terrorism”. Ia memenggal sejumlah ayat, diambil bagian-bagian tertentu lalu digunakan dalil untuk mengatakan bahwa yang teroris sebenarnya bukan umat Islam, tetapi Al-Qur’an.

Umat Islam hanya sebagai korban (victim) dari ayat-ayat Al-Qur’an. Perhatikan cara mereka mengedit ayat sebagai berikut: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. (Q.S. At-Taubah/9:5). Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mer-eka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); (Q.S. Al-Baqarah/2:191).

Baca juga : Meninjau Fikih Siyasah (1)

Ayat-ayat di atas digunakan sebagai dasar untuk mengumbar permusuhan dengan kelompok lain. Ayat-ayat ini pula digunakan untuk memprovokasi umat Islam untuk membenci kelompok lain.

Padahal, jika ayat itu dibaca secara utuh dan didalami sabab wurudnya, justru kelompok ayat-ayat itu menyeru-kan perdamaian dan menjauhi perang. Kebalikan Mark A.Gabril, Dr. Jeffery yang juga seorang warga Amerika, mengesankan bahwa ayat-ayat perang di dalam Al-Qur’an sesungguhnya untuk mengakhiri peperangan.

Baca juga : Ahlan Wa Sahlan Presiden dan Wapres (2)

Sehubungan dengan itu, sudah saatnya kita merumuskan kitab Fikih Siyasah khusus bagi bangsa Indonesia yang sudah tidak lagi mengenal perang antar agama. Bahkan perang antar etnik pun hampir tidak pernah ditemukan.

Konflik yang sering muncul pada umumnya konflik personal yang tak ada hubungannya dengan agama tetapi dibawa-bawa agama di dalamnya untuk mendapatkan dukungan dan legitimasi dari panganut agama itu. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.