Dark/Light Mode

Larangan Memakai Makutho

Senin, 4 November 2019 13:43 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Wacana larangan penggunaan cadar dan celana cingkrang di instansi pemerintah terus menuai kritik. Maksud larangan memakai cadar dan celana cingkrang untuk menangkal terorisme dan radikalisme. Masyarakat terbelah antara pro dan kontra atas larangan kementerian agama tersebut. 

Kegaduhan seperti ini tidak perlu terjadi jika setiap pernyataan publik dikomunikasikan terlebih dulu sebelum diimplementasikan ke masyarakat. “Mungkin mau mencontoh larangan memakai masker para demonstran di Hong Kong, Mo?” celetuk Petruk sok tahu. 

Baca juga : Adegan Paseban Jawi

Romo Semar kurang bernafsu untuk ikut nimbrung komentar larangan cadar dan celana cingkrang. Selain menghabiskan energi masih banyak masalah-masalah lain yang perlu penanganan segera. Pisang rebus dan kopi pahit tetap setia menemani Romo Semar di pagi yang indah ini. Sekali-kali keluk asap rokok tingwe keluar dari mulut Semar dan membawanya ke zaman Mahabarata. 

Kocap kacarito, konon prabu Duryu dono raja Hastina dibuat gusar oleh kelakuan salah satu punakawan Bagong. Duryudono merasa tersinggung dengan perilaku Bagong. Seorang batur rakyat jelata, Bagong berani memakai penutup kepala atau makutho mirip seorang raja dengan gelar Prabu Joyo Pathekol. Duryudono memerintahkan Patih Sengkuni untuk segera menangkap Bagong untuk diadili karena telah menghina dan melawan raja.

Baca juga : Parikesit Jumeneng Ratu

Selain kena pasal penghinaan raja, Bagong dituduh makar dan menyebarkan radikalisme di kalangan anak-anak muda putra Pandawa. Bagong bergelar Prabu Joyo Pathekol tidak gentar menghadapi ancaman Prabu Duryudono.Perilaku Bagong sebetulnya hanya untuk mengkritik kelakuan Kurawa karena telah merampas tahta kerajaan yang seharusnya milik Pandawa. Duryudono terang-terangan merebut kerajaan Hastina dari Pandawa. Selain itu, Duryudono selama memimpin kerajaan Hastina terkenal sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri.

Kedatangan pasukan Kurawa yang dipimpin Patih Sengkuni dihadang oleh putra-putra Pandawa. Sengkuni minta Bagong diserahkan untuk dibawa ke Hastina dan diadili. Putra pandawa yang dipimpin Gatotkaca menentang kemauan Sengkuni. Terjadi perang tanding antara Kurawa dan Gatotkaca. Serangan udara Gatotkaca merepotkan Kurawa.

Baca juga : Selimut Sakti Penusukan Sultan

Serangan darat dipimpin oleh Wisanggeni anak Harjuno. Kesaktian Gatotkaca dan Wisanggeni berhasil memukul mundur para Kurawa. Patih Sengkuni lari tunggang langgang tidak kuat menghadapi kesaktian putra-putra Pandawa tersebut. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.