Dark/Light Mode

Iktibar Dari Luqmanul Hakim

Sabtu, 27 April 2024 05:35 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Luqmanul Hakim seorang ma­nusia biasa yang pekerjaan sehari-harinya pencari kayu bakar di Habsy. Ia bukan Nabi, bukan Rasul, bukan bangsawan, dan bukan pula ulama besar. Ada riwayat menyebutkan ia seorang hakim di zaman Nabi Daud.

Riwayat lain menyebutkan ia hidup sesudah Nabi Isa sebelum Nabi Muhammad lahir. Ia memiliki banyak kelebihan di balik kesederhanaan­nya sehingga namanya diabadikan di dalam Al-Qur’an sebagai Surah Luqman.

Baca juga : Mencapai Ketenangan Batin

Menurut Ibnu Katsir, nama panjang Luqman ialah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Ia digambarkan bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah.

Suatu ketika Luqmanul Hakim masuk ke dalam pasar menaiki seekor himar (keledai), sedangkan anaknya mengikuti dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman, ada sekumpulan orang yang berkata: ”Lihatlah orang tua yang tidak pu­nya perasaan, ia keenakan semen­tara anaknya berjalan kaki”.

Baca juga : Bersahabat Dengan Penderitaan

Setelah mendengarkan kata-kata itu, maka Luqman turun dari atas keledai lalu anaknya disuruh naik ke atas keledai, sedangkan ia sendiri berjalan kaki. Melihat kenyataan itu, maka orang-orang pasar kembali mencemoh: “Lihat orang tua itu, ia berjalan kaki sedangkan anaknya keenakan di punggung keledai, sungguh anak itu tidak tahu malu”.

Mendengar itu maka Luqmanul Hakim juga naik keatas keledai bersama-sama anaknya. Orang-orang pasar kembali mencemoh: ”Lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai, sungguh menyiksa kedeledai itu”. Karena tidak suka mendengar cemohan itu maka Luqmanul Hakim dan anaknya turun dari keledai. Orang-orang pasar kembali mencibir: ”Lihat itu, dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai tidak dikendarai”.

Baca juga : Menjauhi Egoisme Spiritual

Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari Luqmanul Hakim ialah, Hampir mustahil memenuhi seluruh harapan dan kehendak masyarakat, apalagi kalau masyarakat itu maj­muk dan heterogen. Jika kita ingin memperbaiki situasi maka masyar­akat harus istiqamah di atas tataran nilai luhur yang banyak disepakati orang. Berpegang teguh pada aturan yang standar maka akan mengu­rangi resiko kehidupan. Sama juga dengan menghadapi raja yang dha­lim, masyarakat atau rakyat harus mampu beradabtasi dengan rajanya dengan baik. Sebab dalam kaedah (sunni), lebih utama dipimpin pe­mimpin yang buruh 100 tahun dari pada kosong kepemimpinan sehari, yang akan berakibat lebih fatal dan berlaku hukum rimba, yang besar memangsa yang kecil.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.