Dark/Light Mode

Siapa Menikmati Subsidi Pupuk?

Senin, 6 September 2021 08:36 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Di Papua misalnya, pemerintah sedang membangun pabrik pupuk untuk siap-siap mencukupi peningkatan kebutuhan pupuk nasional. Di Palembang, Pupuk Sriwijaya pun memperluas unit produksinya.

Dewasa ini total kemampuan kapasitas produksi pupuk kita 13,9 juta ton per tahun. Pupuk subsidi yang dipasarkan 9 juta ton. Kenapa harga pupuk perlu disubsidi pemerintah?

Subsidi terjadi karena ada selisih antara biaya produksi dan Harga Eceran Tertinggi (HET). HET pupuk disusun bersama antara pemerintah (Kementan) dan DPR. Tujuan subsidi agar petani dapat membeli pupuk dengan harga yang terjangkau.

Baca juga : Tunda Dulu Ambisi Ekspor Beras (2/Selesai)

Mereka yang “nafsu” menempuh jalan pintas untuk menghapus subsidi pupuk lupa bahwa pupuk komoditas sangat strategis. Jangan lupa kita berpenduduk 275 juta jiwa. Kebutuhan pangan amat besar. Untuk itu, ketahanan pangan harus terus-menerus dijaga. Ketahanan pangan tidak kalah strategis dibandingkan dengan ketahanan ekonomi atau ketahanan militer.

Maka, untuk menjaga ketahanan pangan, pemerintah menetapkan prinsip-prisip pengelolaan pupuk yang disebut “6 Tepat”, yakni tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga, tepat tempat dan tepat mutu.

Jika subsidi dihapus, dan uangnya diberikan langsung kepada kaum tani, “6 tepat” pasti akan berantakan; besar kemungkinan distribusi pupuk akan chaos. Besar kemungkinan ketahanan pangan pun akan goyah!

Baca juga : Tunda Dulu Ambisi Ekspor Beras (1)

Kenapa pemerintah tidak terapkan prinsip “pupuk tunggal”, kenapa harus begitu banyak jenis pupuk yang diproduksi? Bukankah petani bisa mencampur sendiri pupuk-pupuk tunggal itu, bahkan juga untuk pembuatan pupuk organiknya ? Jika pupuk tunggal diterapkan, harga pupuk, kata pembicara utama webinar tempo hari, niscaya bisa hemat 50 persen.

Pembicara, tampaknya, tidak menyadari bahwa trend penggunaan pupuk di mana-mana sudah meningkat sejak diperkenalkan tahun 2000-an. Penggunaan pupuk di tingkat petani juga bisa lebih rasional berdasarkan kondisi tanah setempat.

Para ahli pertanian tentu tahu tidak semua lahan cocok dengan satu jenis pupuk saja; ada yang cocok dengan pupuk A, ada pula lebih cocok (lebih subur) dengan menggunakan pupuk B dan sebagainya.

Baca juga : Renungan Atas Jatuhnya Kabul

Semua ini tidak berarti subsidi pupuk tidak ada masalah lagi. Keluhan petani di mana-mana terutama menyangkut distribusi pupuk yang membuat petani kesal. Sistem distribusi, jelas, harus diperbaiki. Birokrasi pendaftaran dan akses kartu tani harus disederhanakan.

Akses bantuan bank petani juga harus terus dipermudah, jangan hanya sebatas bibir. Tentu, efisiensi pengelolaan pupuk perlu terus diupayakan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi harga. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.