Dark/Light Mode

Survei 10 Universitas Negeri, Setara Institute Endus Corak Agama Fundamentalis

Andi Faisal : Kriteria, Tolak Ukur Dan Metodologinya Apa

Kamis, 4 Juli 2019 11:13 WIB
Survei 10 Universitas Negeri, Setara Institute Endus Corak Agama Fundamentalis Andi Faisal : Kriteria, Tolak Ukur Dan Metodologinya Apa

RM.id  Rakyat Merdeka - Baru-baru ini, Setara Institute merilis hasil survei mengenai model beragama pada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Hasilnya, responden yang diteliti dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menunjukkan bercorak agama fundamentalis. 

“Fundamentalisme beragama bisa menjadi akar eksklusivisme dan perilaku intoleran, jika visi fundamentalisme dipaksakan di ranah kehidupan sosial,” kata peneliti Setara Institute Noryamin Aini di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (30/6). Dalam penelitian ini, Setara Institute menggunakan metode kuantitatif. Jumlah responden 1.000 orang dari 10 PTN di Indonesia. 

10 kampus yang diteliti, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Mataram (Unram), UIN Jakarta dan UIN Bandung. Lantas, seperti apa penjelasan Setara dan tanggapan UIN terhadap hal ini. Berikut wawancaranya.

terkait survei tersebut? 
Jika bicara fundamentalis, kriterianya itu apa. Kalau maknanya semua berpegang pada Alquran dan Alhadis dianggap fundamentalis, berarti semua orang Islam fundamentalis. 

Baca juga : Noryamin Aini : Orang Yang Fundamentalis Cenderung Tidak Toleran

Harus bermula dari kriteria? 
Penting kita mengetahui kriteria yang digunakan apa. Umpamanya, apakah kalau kritis juga dianggap fundamentalis. Kritis terhadap ketidakbenaran, kezoliman, atau hegemoni yang dulu bernama imperialisme dan kolonialisme kemudian dianggap fundamentalis. Jadi, harus diketahui dulu yang mengatakan itu apa tolak ukur dan dasarnya. Karena, persentase artinya sudah ada riset yang dilakukan. Apakah juga pendekatannya kuantitatif atau kualitatif. Lalu, sample yang diambil itu proporsional atau tidak. 

Apakah sikap fundamentalis beragama di UIN itu adalah prinsip mahasiswa? 
Itulah yang hendak kami ketahui, dua persen apa kriterianya, tolak ukurnya, dan metodologi yang digunakan. Apakah definisi yang menjadi dasar untuk mengatakan itu fundamentalis. 

Pengajaran di UIN seperti apa? 
Di UIN itu mulai semester awal mengajarkan moderasi dalam beragama. Kami sudah mengajarkan Islam ditinjau dari berbagai aspek. Hal ini ada di buku karangan Prof Harun Nasution yang menjadi peran utama, bahkan wajib mata kuliah itu untuk seluruh UIN atau IAIN, apalagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Toh, buku itu lahir di UIN Syarif Hidayatullah dan buku itu selalu digunakan. 

Buku itu mengajarkan apa? 
Buku itu menjadi dasar kita bertoleransi, moderasi, pluralisme dan beragama di UIN. Artinya, kalau ada mahasiswa yang keluar dari itu, tentunya tidak lulus. 

Baca juga : ACHMAD BAIDOWI : Kalah Ya Kalah Saja, Tak Usah Diistilahkan

Makna fundamentalis itu tidak selalu buruk? 
Asal usul fundamentalizm secara ilmu pengetahuan, dari khususnya kaum protestantizm. Yang waktu itu diminta kembali kepada Bibel. Artinya, fundamental yang kembali kepada pondasi dan ajaran sebenarnya. Kemudian, paralelnya untuk semua agama. Artinya, kalau begitu, semuanya dianggap fundamentalis dong. Seluruh agama yang memerintahkan pengikutnya kembali ke dasar ajaran yang fundamental ini, maka akan fundamentalis. 

Anda meragukan survei yang dilakukan Setara Institute? 
Sekarang umpanya kalau UIN dikatakan ada dua persen, sebetulnya saya sendiri meragukan itu. Karena, mata kuliah itu ditinjau dari berbagai aspek. Artinya, berbagai macam persepektif dan Islam itu bisa dilihat dari berbagai angle , sehingga kita bisa sangat toleran, menjadi pluralis, dan solider. Sebab, banyak cara untuk berislam. Islam tasawuf, filsafat, syariah, teologi, modern, dan nasional itu semua persepektifnya. 

Seberapa penting ajaran itu di UIN? 
Ajaran ini sangat penting di UIN. Sekali lagi, pencetusnya itu adalah Prof Harun Nasution melalui bukunya dan menjadi buku wajib di UIN Syarif Hidayatullah maupun UIN serta STAIN seluruh Indonesia. Mulai tahun 1970 hingga sekarang ini. Jadi kalau ada yang katanya beberapa persen itu, tentu tidak lulus dong mahasiswa tersebut jika masih berprinsip seperti itu. 

Sudah melihat data hasil survei Setara? 
Saya belum melihat jelas riset-riset Setara Institute. Maka dari itu, saya mempertanyakan metodologi yang digunakan apa. Kriteria atau definisi yang digunakan apa. Aspek teologis dan paradigmatis yang digunakan perlu diperiksa. Sebab, terkadang kriterianya mungkin terlalu hitam putih, atau malah terlalu luwes atau renggang. Sehingga, salah dalam membuat kategorisasi. Umpamanya kita harus berpegang kepada Alquran dan Alhadis. Apakah kalau pertanyaannya seperti itu, lalu jawabannya iya, kemudian dikatakan fundamentalis. Padahal, orang Islam pandangannya seperti itu. 

Baca juga : Mardani Ali Sera : Oposisi Pilihan Rasional Bagi Yang Kalah Pilpres

Belum ada temuan model beragama UIN Syarif Hidayatullah fundamentalis? 
Saya belum melihat jelas teks dan metodologi dari Setara Institute itu apa. Tentunya saya meragukan riset itu. Memang tidak menutup kemungkinan juga, mahasiswa sekarang begitu bereaksi terhadap ketidakadilan dan kepada hegemoni. Dulu kita merdeka juga dengan cara seperti itu melawan imperialisme, kolonialisme, dan dominasi hegemoni. Namun sekarang, siapa yang mau dilawan seperti itu. Nah, inilah terjadi perbedaan pandangan. Mungkin jika Setara Institute menggunakan kriteria seperti Alquran, Alhadis dan ada ketidakadilan alias tirani, maka kita harus luruskan. Yang seperti ini apakah disebut fundamentalis. Ini memang harus melihat analisis metodologi dan pembahasan finding-nya (temuannya). [UMM]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.