Dark/Light Mode

Tumbuh 5,1 Persen, Ekonomi Bagus?

ARIF BUDIMANTA : Ini Capaian Tertinggi Pemerintahan Jokowi

Sabtu, 16 Februari 2019 17:59 WIB
Tumbuh 5,1 Persen, Ekonomi Bagus? ARIF BUDIMANTA : Ini Capaian Tertinggi Pemerintahan Jokowi

 Sebelumnya 
Tapi banyak kalangan merasakan kondisi ekonomi kita makin lesu jelang Pemilu 2019. Apa pembelaan Anda untuk pemerintah?
Tahun 2019 memang merupakan tahun pemilu, sehingga sejumlah pengusaha mungkin akan sedikit berjaga-jaga. Kondisi ekonomi global juga masih penuh ketidakpastian. Kendati begitu, BPS juga mencatat bahwa nilai indeks tendensi bisnis (ITB) untuk tiga bulan ke depan masih sebesar 103,54.

Indeks yang di atas nilai 100 itu mencerminkan keyakinan pebisnis, bahwa kondisi akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Inilah momentum untuk optimalisasi sektor industri. Memang sektor Industri kita yang berkinerja ini masih perlu dioptimalkan. Tapi ya kita itu produktiflah sebetulnya. Itu yang pertama. Lalu secara kualitas juga baik, penduduk miskinnya menurun.

Pada September 2017 angka penduduk miskin itu 26,58 juta orang. Lalu pada September 2018 angkanya turun menjadi 25,67 juta orang. Itu turunnya hampir 1 juta kan. Kemudian orang pekerja juga semakin banyak. Kalau kita lihat itu, dari Agustus 2017 ke Agustus 2018 angka orang bekerja itu bertambah 3 juta orang.

Baca juga : Dongkrak Potensi Ekonomi Daerah, KAI Mantapkan Digitalisasi

Jadi, pertama pertumbuhan ekonomi kita moderat, di tengah dinamika proyeksi ekonomi global yang menu¬run. Kedua, secara kualitas pertumbuhan ekonomi kita sebetulnya naik. Hal itu ditunjukan dengan angka tenaga kerja yang naik, dan angka kemiskinan yang menurun.

Tapi target pertumbuhan ekonomi 2018 itu harusnya 5,2 persen kan?
Itu bukan target ya. Kalau kita lihat di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu asumsi makro. Asumsi makro itu kan digunakan untuk ancang-ancang menetapkan APBN. Dalam menetapkan APBN kita harus mengasumsikan, memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi kira-kita berapa.

Kadangkala angka pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya bisa lebih besar, tapi juga bisa lebih rendah dari asumsi yang dibuat. Itu tergantung dari dinamika perekonomian global. Dari situ kan kita bisa melihat asumsi kira-kira mendapat penerimaan berapa, yang dibelanja-kan berapa, begitu kira-kira.

Baca juga : FAJAR SAKA : Kumpulkan Informasi, Kami Sudah Klarifikasi

Dalam asumsi makro itu kan ada minyak, ada nilai tukar, sementara dinamika perekonomian global, karena ekonomi ini saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga perkembangannya begitu hebat.

Berarti penyebab angka pertumbuhan ekonomi hanya segitu, dan tidak tercapainya asumsi makro itu karena faktor ekternal ya?
Ya kalau kami lihat lebih kepada faktor eksternal. Karena pada sisi lain, pada sisi konsumsi rumah tangga kan kita relatif bagus, malah ada kecenderungan meningkat. Dari sisi investasi juga bagus, baik. Tentu masih banyak PR ya untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi ke depan.

Khususnya misalnya yang terkait dengan neraca perdagangan. Itu tantangan yang harus kami perbaiki ke depan, bagaimana yang negatif bisa menjadi surplus. Salah satu cara supaya menjadi surplus itu kan dengan menghemat devisa. Salah satu cara menghemat devisa itu adalah dalam hal penggunaan energi, yang lebih mendahulukan pasokan dari dalam negeri. Misalnya untuk program biofluel atau biodisel. [NDA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.