Dark/Light Mode

LOTTE Choco Pie Edukasi Kaum Ibu Gali Bakat Anak

Selasa, 25 Juli 2023 09:18 WIB
LOTTE Choco Pie menggelar acara Dunia Si Kecil untuk memeriahkan Hari Anak Nasional. Foto: Istimewa
LOTTE Choco Pie menggelar acara Dunia Si Kecil untuk memeriahkan Hari Anak Nasional. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - LOTTE Choco Pie menggelar sejumlah acara untuk memeriahkan Hari Anak Nasional. Acara tersebut memberikan wadah bagi anak-anak untuk mengekspresikan dirinya.

Marketing Manager PT LOTTE Indonesia Ingen Ate Malem Meliala mengatakan, acara ini fokus pada anak karena anak adalah generasi penerus dan penentu masa depan bangsa.

"Kami senang sekali bisa melihat minat bakat yang beragam dari anak-anak di seluruh Indonesia, dari bidang seni, olahraga, kesehatan, hingga sains dan teknologi melalui kegiatan ini," ujar Ingen dalam keterangannya, Selasa (25/7).

Acara yang bertajuk “Dunia Si Kecil” ini sudah berjalan sejak 19 Juni dengan Video Challenge. Video challenge untuk menunjukkan berbagai minat bakat, hobi, dan cita-cita anak-anak.

Antusiasme yang besar terhadap kegiatan ini terlihat dari terkumpulnya lebih dari 350 video dengan hashtag #DuniaSiKecilLCP di Instagram Reels dan TikTok. 60 video terbaik kemudian dipilih untuk mendapatkan hadiah berupa 10 paket mainan edukatif dan 50 undangan menghadiri langsung puncak acara “Dunia Si Kecil” di Play ‘N’ Learn, Emporium Pluit Mall.

Selain itu, LOTTE Choco Pie juga mendorong peran ibu agar lebih terampil dalam mendidik anak agar dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Baca juga : Top, Kota Bekasi Juara Umum Muaythai Jabar Open 2023

Untuk itu, pihaknya mengadakan Moms Chit-Chat dengan topik “Temukan Gaya Belajar Seru untuk Si Kecil” bersama Irma Gustiana dan Fatima Kamila.

"Kami ingin para ibu bisa membimbing anak dengan gaya belajar yang paling tepat dengan potensi masing-masing," imbuh Ingen.

Sembari para ibu berbincang, anak-anak mengikuti Bucket Hat Painting. Kegiatan melukis memiliki banyak manfaat bagi anak, seperti mengembangkan keterampilan sensorik-motorik serta melatih kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah.

Dengan membawa pulang dan menggunakan hasil kreasi sendiri, anak-anak pun terdorong untuk lebih percaya diri dengan kemampuan mereka. Selain itu, acara ini dilengkapi dengan segmen Dancing Together sebagai bentuk bonding seru antara ibu dan anak.

Agar suasana selebrasi Hari Anak lebih terasa, diadakan juga games berburu harta karun di area kolam bola untuk kemudian ditukarkan dengan hadiah spesial.

Selesai rangkaian acara, anak-anak dibebaskan untuk mengeksplorasi berbagai permainan yang tersedia di tempat bermain yang dirancang menggunakan konsep STEAM (Sains, Teknologi, Engineering/Teknik, Arts/Seni, dan Matematika) ini.

Baca juga : Tips Membangun Pondasi Literasi Digital Pada Anak

Adapun puncak acara tersebut digelar pada Minggu, 23 Juli 2023, tepat pada perayaan Hari Anak Nasional di Play ‘N’ Learn, Emporium Pluit Mall, Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Irma menjelaska gaya belajar anak. Setiap orang itu biasanya memang punya kecenderungan yang beda-beda.

Yang pertama, ada tipe gaya belajar visual. Jadi, anak-anak yang gaya belajar visual itu cenderung menyukai sesuatu yang colorful, ilustrasi gambar, infografis, dan lainnya.

Berikutnya adalah anak yang cara belajarnya dengan auditori. Auditori itu berhubungan sama pendengaran, jadi cara belajarnya itu lebih dominan dengan cara mendengarkan orang lain atau sebuah objek atau sesuatu hal.

"Umumnya seperti anak yang tidak memperhatikan guru tapi sebenarnya dia mendengarkan apa yang diajarkan oleh gurunya. Menyimak," katanya.

Ia menjelaskan, anak auditori dalam belajarnya juga biasanya diajarkan untuk direkam dulu untuk diperdengarkan nanti. Ada juga yang kinestetis atau gerakan. Anak kinestetis belajar kerap berpindah tempat. Kelihatan seperti gelisah tapi sebenarnya tengah belajar.

Baca juga : Bunda Merah Putih Edukasi Masyarakat Cegah Stunting

"Mungkin 5 menit dia tengkurap, habis itu nanti dia sambil selonjoran, terus pindah posisi yang lain tapi sambil bawa buku. Atau sambil mendengarkan sesuatu tapi dia bergerak. Nah itu adalah kinestetis," katanya.

Tiga hal tadi itu bisa terjadi sama siapa pun. Orang dewasa pun belajarnya begitu juga. Sehingga, setiap orang punya gaya dan tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar karena setiap orang menikmati proses belajar itu rasanya beda-beda.

Lebih jauh ia juga menerangkan, bahwa kategorisasi IQ itu bukan memberikan label bodoh, pintar, dan lain sebagainya. Di kategorisasi IQ tidak ada misalnya IQ sekian sampai sekian dianggap pintar. "Hanya mengkategorikan dia di atas rata-rata anak seusianya, oh dia superior gitu ya," katanya.

Bisa jadi superior mungkin secara skor, tapi dilihat sehari-hari, anak sosialisasinya kurang. Artinya, semua anak punya kesempatan belajar yang sama, menjadi pintar di bidangnya masing-masing.

"Jadi makanya kenapa ada multiple intelegensia itu supaya orangtua tahu mana yang dia dominan dengan gaya belajar apa agar dimaksimalkan. Supaya dia bisa survive, syukur-syukur nanti dewasa bisa cari duit dari kecerdasannya dia itu," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.