Dark/Light Mode

Meski Ada Yang Dinilai Kurang

Sopir Taksol Sambut Baik Permenhub

Sabtu, 29 Desember 2018 10:31 WIB
Sejumlah taksol mangkal di beberapa titik di wilayah Jakarta. (Foto : Istimewa).
Sejumlah taksol mangkal di beberapa titik di wilayah Jakarta. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) tentang angkutan sewa khusus atau taksi online (taksol) yang baru telah terbit. Ada beberapa hal dalam aturan lama yang diubah dalam Permenhub Nomor 118 Tahun 2018 tersebut. Dihilangkannya tarif promo dalam Permenhub baru ini, jadi perhatian Leo, pengemudi taksol di Bekasi, Jawa Barat. Baginya, hal itu merupakan kesempatan untuk mendapatkan uang lebih banyak.

Kamis siang (27/12), Leo memarkirkan kendaraannya di dekat gerbang tol Jatiwarna, Pondok Gede, Bekasi. Dia tidak turun dari mobilnya. Di tempat itu, Leo sehari-hari menanti orderan dari penumpang. Kendaraan yang biasa dia gunakan untuk taksi online, terbilang cukup berumur. Sebuah minibus berkelir hitam dengan merk populer asal Jepang. Keluaran tahun 2011. Dilihat sekilas, tak tampak mobil milik Leo merupakan taksi online karena tak ada penanda apapun.

Sambil menanti, ia mengeluarkan telepon pintar dari sakunya. Selain memantau aplikasi taksol dimana dia terdaftar, saat disambangi, Leo sedang asyik memainkan game online di ponsel. Terkait aturan yang baru dikeluarkan pemerintah, menurutnya, sudah cukup baik, meski belum sempurna.

Baca juga : Kyai Maruf Yakin Relawan Sumbang Suara Besar

Pertama, ditiadakannya tarif promo. Dia mendukung aturan tersebut. Soalnya, tarif promo cenderung tidak menguntungkan pengemudi. Apalagi, di Jakarta yang kondisi lalu lintasnya macet sepanjang hari. “Walaupun sebenarnya kita dapatnya sama saja, cuma tidak dibayar cash. Kita perlu dapat uang langsung untuk beli bahan bakar, makan atau keperluan lain,” kata Leo. Selanjutnya, Leo juga mendukung pembatasan kuota taksol. Dia menyebut, pembatasan juga bakal menguntungkan pengemudi yang sudah lebih dulu terdaftar. Jadi, sambungnya, persaingan bisa lebih sehat, dan pengemudi tak melakukan cara-cara curang untuk mendapatkan uang.

“Jadi enak kalau begitu. Kalau kebanyakan, malah ada yang coba-coba curang karena persaingan ketat. Yang rugi kan aplikator dan pengemudi juga. Jadi, memang bagus kalau dibikin kuota,” tuturnya. Satu hal yang jadi perhatiannya, yakni ketiadaan perlindungan terkait aturan ganjil genap yang diterapkan Pemprov DKI Jakarta. Karena, kata dia, aturan itu juga berpengaruh terhadap pendapatan pengemudi . Dia bilang, kebijakan itu cukup menyulitkannya. Apalagi, banyak pengemudi yang sebenarnya mengincar kawasan pusat kota untuk mencari orderan karena bisa dikenakan tarif berbeda dengan orderan dari pinggiran.

“Misalnya ngambil penumpang dari Pondok Gede, sama ngambil dari Sudirman beda tarifnya. Tapi kan susah. Pelat saya ganjil, kalau tanggal genap cuma bisa siang saja ke sana. Pagi dan sore tak bisa. Padahal jam ramai pagi dan sore,” ucapnya.

Baca juga : Kasihan, Keluarga Korban Lion Air Tak Dapat Asuransi

Dia pun mengusulkan, sebelum Permenhub Nomor 118 Tahun 2018 diterapkan, aturan yang terkait sistem ganjil genap bisa ditambahkan. “Pendapatan berkurang kalau pas lagi kena ganjil genap. Semoga masih bisa diubah,” harapnya. Leo memang sangat menanti diterapkannya aturan baru tersebut. Soalnya, kata dia, aturan akan membuat pengemudi dan penumpang lebih terjamin dari segi keamanan dan kenyamanan. “Kita dan penyedia adalah rekanan. Artinya, kalau rekanan itu harus sama-sama untung. Jangan sampai satu untung, satunya buntung. Termasuk juga pengguna taksol,” ucapnya.

Selain tarif promo, aturan tarif batas atas dan bawah juga jadi perhatian sejumlah pengemudi, meski aturan itu hanya berpengaruh kecil. Hery, pengemudi taksol mengaku, penetapan tarif bawah dan atas tak memberikan dampak signifikan bagi pendapatan sehari-hari mereka.

Hal itu, kata dia, lantaran orientasi sopir taksol mengejar bonus atau intensif dari perusahaan. Dia mengaku, bekerja sehari-hari untuk mengejar 21 perjalanan dalam kurun waktu 24 jam demi mendapatkan bonus sebesar Rp 425 ribu. “Itu bersih. Makanya, kebanyakan orang ngincernya ke target. Itu di luar tarif, bonus doang,” jelas Hery.

Baca juga : 4 Maskapai Siap Terbang Di APT Pranoto Samarinda

Namun, ia tidak mengelak ada juga pengemudi yang mengincar perjalanan-perjalanan panjang dengan tarif bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Biasanya, yang seperti ini tidak mengincar bonus. Hery mengatakan, hal itu tergantung kondisi penetapan harga tarif per kilometer. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.