Dark/Light Mode

Prof. Tjandra: Waspada, Ibu Hamil Dan Anak-anak Berisiko Tinggi Terdampak Polusi Udara

Kamis, 7 September 2023 11:16 WIB
Kepadatan kendaraan di Kawasn Sudirman, Jakarta, Senin 4/9/2023. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan penyebab polusi udara di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Jabodetabek antara lain berasal dari asap kendaraan bermotor sebesar 44 persen dan 34 persen dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU. (Foto: Rizki Syahputra/RM)
Kepadatan kendaraan di Kawasn Sudirman, Jakarta, Senin 4/9/2023. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan penyebab polusi udara di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Jabodetabek antara lain berasal dari asap kendaraan bermotor sebesar 44 persen dan 34 persen dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU. (Foto: Rizki Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari masih pagi, sekitar pukul 06.00 WIB. Namun, data air quality index AQI dari App di daerah Jeruk Purut, Jakarta Selatan, adalah 163, tidak sehat (unhealthy), dengan PM2.5 sebesar 78 ug/m3. Angka itu amat tinggi kalau dibandingkan dengan standar 5 ug/m3. Padahal, ini masih pagi, mobil belum banyak.

"Jadi entah dari mana sumber polusinya, jelas masih Pekerjaan Rumah (PR) besar yang harus dicari dan diselesaikan," kata pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama kepada RM.id, Kamis (7/9).

Menurutnya, karena polusi udara terus berkepanjangan maka anggota masyarakat harus lebih ekstra hati-hati lagi dan mengenal lebih rinci untuk bagaimana risiko yang dihadapi sehari-hari.

"Berikut ini saya sampaikan penjelasan dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat tentang siapa saja yang risiko tinggi untuk mendapat masalah kesehatan kalau PM2.5 tinggi seperti kita alami sekarang ini," ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Baca juga : Ribuan Warga Dan Karangan Bunga Iringi Perpisahan Purna Tugas Ganjar Pranowo

Prof. Tjandra menjelaskan, yang berisiko tinggi adalah anggota masyarakat yang punya penyakit paru, termasuk asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik – PPOK serta penyakit paru lainnya, penyakit jantung, kaum lansia dan anak-anak.

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia  (PDPI) mengungkapkan, riset tingkat internasional juga menunjukkan bahwa kelompok yang juga berisiko tinggi terhadap dampak tingginya PM 2.5 (PM-related effects) adalah wanita hamil, bayi baru lahir (newborns) serta mereka dengan kondisi kesehatan tertentu seperti obesitas atau diabetes.

Selain itu, yang juga berisiko tinggi adalah mereka dengan penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer dan juga riwayat pernah dapat serangan stroke. Juga yang berisiko terdampak polusi ini adalah mereka yang punya berbagai risiko penyakit kardiovaskuler seperti pengidap hipertensi dan yang kadar kolesterolnya tinggi, serta para perokok yang memang berisko tinggi mendapat penyakit paru dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

Dia menjelaskan, di masyarakat banyak pertanyaan kenapa anak-anak menjadi amat ber risiko kesehatan dalam situasi polusi udara sekarang ini. Sedikitnya ada tiga alasan. Pertama, karena anak-anak banyak beraktifitas dan main di luar rumah.

Baca juga : Prof Tjandra Usul Kawasan Sains Segera Dibangun, Kejar Kemajuan Riset Singapura

Kedua, karena anak-anak menghirup udara lebih banyak per kilogram berat badannya, bila dibandingkan dengan dewasa. Ketiga, anak-anak juga lebih rentan karena saluran napasnya masih dalam perkembangan.

"Jadi, kenali risiko tinggi kemungkinan mendapat dampak buruk kesehatan akibat polusi udara. Lindungilah diri kita masing-masing, apalagi polusi udara ini sudah cukup lama berlangsung dan entah sampai kapan dapat dikendalikan," imbaunya.

Menurutnya, juga perlu ingat, bahwa ketika Jakarta dan sekitarnya kini di hantam polusi udara maka berbagai daerah lain juga mulai di serbu polusi udara akibat kebakaran hutan.

"Saya sudah menulis beberapa kali bahwa organisasi internasional sudah memperkirakan bahwa dengan El Nino maka Indonesia akan mengalami kebakaran hutan. Kita amat berharap agar kebakaran hutan yang sudah mulai ini akan dapat ditangani sejak dini sekarang ini, jangan sampai meluas dan jangan sampai -lagi lagi- jadi sumber polusi udara yang merusak kesehatan anak bangsa kita," tegasnya.

Baca juga : Generos, Solusi Cegah Anak Stunting Akibat Terus Terpapar Polusi Udara

"Kita harus belajar dari masalah besar kini di Jakarta dan sekitarnya akibat polusi udara kota, jangan nanti terjadi lagi masalah besar di berbagai propinsi lain akibat polusi udara dari kebakaran hutan," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.