Dark/Light Mode

Prof Tjandra Usul Kawasan Sains Segera Dibangun, Kejar Kemajuan Riset Singapura

Senin, 28 Agustus 2023 14:41 WIB
Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Yarsi)
Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Yarsi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, berharap Kawasan Sains segera dibangun di Indonesia. Karena perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu keharusan untuk kemajuan bangsa.

Ia merujuk pada kesuksesan Singapore Science Park sebagai contoh yang dapat dijadikan tolak ukur. Menurutnya, sarana dan prasarana merupakan prasyarat penting untuk pengembangan sains. Sehingga para saintis dan industriawan dapat berkarya secara optimal.

"Negara tetangga kita Singapura sudah sejak tahun 1980 memulai pembangunan Taman Sains atau lebih tepat disebut kawasan sains," kata Prof Tjandra dalam keterangannya, Senin (28/8).

Di Singapura, sebutnya, kawasan sains berdiri di atas lahan yang cukup luas, mencapai 30 hektar. Pada tahun 1882 Singapore Science Park menerima penggunanya yang pertama, yaitu Det Norske Veritas (DNV).

"Kini sudah lebih dari 350 laboratorium canggih dan industri berbasis riset nasional dan multi nasional beraktifitas di sana," sambungnya.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mengatakan Kawasan Sains di Singapura kini menjadi lokasi penelitian dan pengembangan research and development yang cukup ternama di Asia.

Di kawasan sains itu, kegiatannya dipusatkan secara langsung dalam satu lokasi. Sehingga menghubungkan aktifitas riset canggih dan institusi tingkat tersier. 

Walhasil, kalangan bisnis dapat langsung berhubungan dengan kalangan ilmuwan dan start-up teknologi. 

Baca juga : Program Danamon Hadiah Beruntun, Wujudkan Bisnis Consumer Banking

Kegiatan ini terus berkembang dan pada 3 September 2019 diluncurkan gedung riset 6 lantai seluas 22.700 m persegi dan dapat mengakomodasi sampai 3.000 orang. Di dalamnya ada para peneliti, saintis dan kalangan industri.

"Karena aktifitas terus berkembang maka pada 1993 dimulailah pembangunan Kawasan Sains ke dua, Singapore Science Park II di area seluas 20 hektar," imbuh Prof Tjandra.

Jika bangunan yang pertama didirikan diberi nama The Institute of Microelectronics (IME), bangunan kedua adalah The Alpha yang mencakupi berbagai laboratorium riset canggih dan industri teknologi.

"Pada Agustus 2023 ini saya berkesempatan mengunjungi Singapore Science Park II dan melihat secara langsung kegiatan salah satu laboratorium riset diagnostik yang ada, yaitu Acumen," tandasnya.

"Laboratorium ini sebenarnya sudah bermula katakanlah starts-up oleh seorang saintis wanita muda, dalam skala kecil pada 2010 yang ketika itu antara lain mengembangkan kit diagnostic untuk sepsis," sambung Prof Tjandra.

Ia menerangkan, sepsis adalah keadaan infeksi pada satu organ tubuh manusia. Kemudian berkembang luas keseluruh tubuh melalui darah dan menimbulkan kegawatan kesehatan yang amat parah. 

"Jadinya, kit diagnosis untuk deteksi sepsis tentu amatlah penting untuk menyelamatkan nyawa," terang Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

Ia mencatat, perkembangan dari laboratorium riset Acumen cukup positif. Puncaknya ketika Covid-19 melanda. 

Baca juga : Paulus Tannos Ubah Nama Dan Kewarganegaraan, KPK Kembali Ajukan Red Notice

Tahun 2020-2021, laboratorium ini mengembangkan berbagai tehnik dan perangkat atau sistem diagnosis Covid-19 dan mengembangkan sayapnya ke berbagai negara, termasuk pernah bekerja sama dengan laboratorium di Indonesia. Mereka mengerjakan hampir 1 juta test Covid-19 dengan berbagai peralatan amat canggih.

"Harapan kita tentu kalau tersedia kawasan sains selengkap ini juga di Indonesia, maka para saintis kita juga dapat terus mengembangkan karya ilmiahnya pula, demi bangsa dan juga dunia," tandasnya.

Menariknya, laboratorium riset ini juga berhasil bertransformasi sesudah situasi Covid-19 mereda. Berbeda dengan di Indonesia, sejumlah laboratorium yang aktif ketika Covid-19, kini sulit untuk bertahan. Bahkan banyak yang gagal survived ketika kebutuhan laboratorium Covid-19 menurun drastis. 

Pascacovid-19, jumlah pegawai laboratorium riset Acumen di Singapore Science Park II memang turun sampai seperempatnya. Tetapi mereka langsung berinovasi dalam hal laboratorium genomik.

Dari Polymerase Chain Reaction (PCR), dalam bentuk high-complexity lab test ke bentuk comprehensive multi-disciplinary PCR test pipeline.

Inovasi semacam ini, terangnya juga dapat dilakukan di Indonesia. Setelah Covid-19, laboratorium tersebut berhasil meraih 2 paten, yaitu biomarker mRNA untuk sepsis serta pengembangan PCR assay

Dalam pelaksanaan sehari-hari juga dilakukan PCR pathogen ID Test untuk berbagai kelainan infeksi paru serta Unyvero Intra-Abdominal Infection (IAI) untuk infeksi saluran cerna.

Prof Tjandra melanjutkan, ada dua lagi hasil riset mereka yang amat menarik, yang baiknya juga dikembangkan di Indonesia. Pertama tes PCR untuk skrining kanker kolorektaal dan kanker serviks atau leher rahim. 

Baca juga : Malam Ini Lawan PSS Sleman, Persija Incar Kemenangan Tandang Perdana

Menariknya, pengambilan sampel untuk pemeriksaan skrining kanker leher rahim dapat dilakukan sendiri oleh wanita sendiri. Sehingga memudahkab dan menghilangkan ewuh pekewuh dalam pengambilan sampel lewat vagina yang selama ini dilakukan petugas kesehatan.

"Jadi riset itu pada dasarnya memang bukan hanya hasil yang prima tetapi juga metode yang lebih mudah dan nyaman," tambahnya.

Hasil riset kedua yang juga menarik, sebutnya adalah Pharmacogenomic PCR Genotyping. Dari pemeriksaan ini, kita dapat mengetahui secara genomik obat apa yang cocok atau tidak dikonsumsi. 

"Saya pun menjalani pemeriksaan ini, dan dengan hasilnya saya sudah punya daftar bahwa secara genomik maka kalau saya konsumsi obat A misalnya maka memang tetap untuk saya, atau dosisnya harus diubah, atau sebaiknya mencari obat lain untuk megatasi penyakit yang ada, kalau sekiranya diperlukan," tandasnya.

Ia meyakini, berbagai studi dan temuan ilmiah tingkat tinggi ini dapat dikembangkan oleh para pakar dan saintis di Indonesia. 

Untuk mewujudkan itu, pemerintah nilainya harus memberi dukungan dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai, antara lain dalam bentuk kawasan sains berskala besar yang punya dua kegiatan utama; pertama, menghasilkan penelitian canggih bermutu tinggi; kedua, akan langsung menghubungkannya dengan industri untuk pemanfaatannya. 

"Semoga kawasan sains segera terwujud di negara kita, selain pengembangan kawasan industri yang kini luas di berbagai daerah," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.