Dark/Light Mode

Marriage Is A Life Journey (3)

Senin, 14 Januari 2019 20:07 WIB
Imam Shamsi Ali (Foto: Istimewa)
Imam Shamsi Ali (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Maka hidup tanpa ikatan nikah berubah menjadi normal, bahkan dilihat lebih rasional dan aman. Dengan hidup bersama tanpa ikatan nikah tidak perlu khawatir dengan kepemilikan pribadi misalnya. Suami tidak perlu khawatir digugat oleh isterinya jika terjadi perceraian. Hidup bersama tanpa nikah lebih aman. Sebab dengannya tidak ada beban ikatan. Dan bisa “good bye” kapan saja.

Logika hidup seperti ini semakin menjadi umum dan lumrah. Akibatnya hidup berperadaban semakin tergeser menjadi hidup yang tidak beradab. Manusia merasa beradab ketika hidup itu semakin “hewani” sifatnya. Bahkan lebih buruk lagi dari hewan. Karena hewan masih punya “instink” yang tajam untuk menghindarkan diri dari self destruction (merusak diri sendiri).
Manusia malah ketika sudah kehilangan fitrahnya akan melakukan prilaku yang hewan pun tidak akan melakukannya. Di sinilah kemudian pernikahan itu menjadi fondasi bagi terbangunnya kehidupan yang berperadaban sekaligus menjadi fondasi peradaban itu. Masyarakat yang solid dalam intitusi keluarga itu masyarakat yang berproses membangun peradaban dunia yang solid.

Kesembilan, perkawinan itu adalah a Journey togather to the real future. Bahwa pernikahan itu adalah perjalanan bersama ke masa depan yang sejati. Together atau bersama adalah kata inti dari keluarga. Keluarga itu akan bersama dalam hidup apapun warna hidupnya. Hidup mudah bersama dalam kemudahan. Hidup susah bersama dalam kesusahan. Kaya bersama dalam kekayaan dan miskin bersama dalam kemiskinan.

Baca juga : Kereta Bandara Soetta Kini Jadi Sepi Penumpang

Real future adalah masa depan abadi yang pasti. Orang beriman itu masa depannya tidak dibatasi oleh dinding-dinding dunia sementara. Justeru dunia ini adalah tempat dan masa untuk menyiapkan masa depan sejati itu. Maka the real future (masa depan sejati) bagi orang beriman adalah kampung ukhrawi. Final home (rumah terakhir) dalam perjalanan hidup panjang.

Maka pernikahan adalah janji dan komitmen bersama untuk menjalani hidup sementara ini menuju kepada masa depan abadi itu (ukhrawi). Sehingga di saat kata-kata “ijab qabul” terucap maka saat itu pula masing-masing berjanji untuk melangkah bersama, tidak saja hingga kematian. Tapi bersama hingga akhir, di syurga nantinya.

Al-Quran menggambarkan kehidupan suami isteri dalam syurga menikmati keindahan dan kenikmatan syurga bersama. Surah Yasin mislanya menggambarkan bagaimana pasangan suami isteri menikmati tempat duduk bagaikan singgasana kerajaan (hum wa azwajuhum alal araaiki muttakiuun).

Baca juga : Jalanan Becek Dan Bau Saat Pembersihan Kali Pisang Batu

Baginya semua bentuk kesenangan, termasuk buah-buahan. Dan yang terdengar di telinga mereka hanya kata-kata yang damai, sejuk menentramkan. Tentu tidak lagi terjadi cekcok dan caci maki antara suami isteri yang sering terjadi di dunia ini.

Penggambaran seperti ini menunjukkan bahwa pernikahan itu memang perjalanan panjang yang tiada batas (abadi). Karenanya dan dengan sendirinya pernikahan yang kadang dipromosikan sebagai pernikahan dengan batas waktu atau mut’ah adalah batal dan batil.Kesepuluh, pernikahan itu adalah a journey of obedience. Bahwa pernikahan itu adalah perjalanan bersama dalam ibadah dan ketaatan. (Bersambung)

Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, Imam Islamic Center New York, Direktur Jamaica Muslim Center, New York, Pendiri Pondok Pesantren di AS dan Diaspora Indonesia di Kota New York.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.