Dark/Light Mode

Dipicu Stres Dan Turunnya Layanan Publik Di DKI

KDRT Dan Kekerasan Seksual Naik Selama Pandemi Corona

Selasa, 28 Juli 2020 06:34 WIB
Petugas BPBD Jakarta minta warga melapor ke 112 jika terjadi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (Foto : twitter)
Petugas BPBD Jakarta minta warga melapor ke 112 jika terjadi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (Foto : twitter)

 Sebelumnya 
Menurut Siti, kasus yang dilaporkan ke APIK, mayoritas perempuan menjadi korban berulang kali. Mereka baru melapor ketika sudah tidak tahan lagi. Alasannya, banyak perempu-an menganggap kekerasan seksual berbasis online bukan wujud kekerasan karena medianya yanng tidak langsung. Padahal itu terjadi secara nyata.

DKI Teratas Pelacuran Anak

DKI Jakarta tercatat paling tinggi tempat terjadinya pelacuran anak. Mereka ditipu dengan dijanjikan pekerjaan sebagai pramusaji kafe, restoran, pemandu lagu karaoke, penjaga toko dan lainnya dengan janji penghasilan menggiurkan. Korban terbanyak tercatat berasal dari Jawa Barat, DKI Jakarta dan Sumatera Utara.

Baca juga : Putri Ayudya Bagi Pengalaman Syuting Saat Pandemi Corona

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengungkapkan, korban eksploitasi seksual terus terulang setiap tahun hingga saat ini. Berdasarkan catatan LPSK, sejak 2016 hingga Juni 2020 ada 926 permohonan perlindungan terhadap anak yang masuk ke LPSK.

“Sebanyak 482 di antaranya adalah korban kekerasan seksual, 133 anak menjadi korban perdagangan orang dan sisanya dari berbagai kasus yang menempatkan anak menjadi korban. 106 anak menjadi korban eksploitasi perdagangan seksual,” ungkap Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Edwin, berdasarkan asal korban, LPSK mencatat Anak Yang Dilacurkan (Ayla) banyak yang berdomisili dari Jawa Barat, diikuti Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Sementara berdasarkan locus delicti Ayla, DKI Jakarta berada di tempat teratas diikuti Jawa Timur dan Jawa Barat.

Baca juga : Sistem Imun Tubuh Dengan Probiotik Cegah Virus Di Masa Pandemic Corona

Untuk tingkat pendidikan, sebagian besar Ayla tidak menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahun. Bahkan ada yang tidak menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).

“Pada umumnya, Ayla yang ingin bekerja, mendapatkan informasi pekerjaan dari teman, media sosial, kerabat dan agen/ perekrut. Awalnya mereka dijanjikan bekerja sebagai pramusaji cafe/restoran, pemandu lagu karaoke, penjaga toko dan lainnya dengan janji penghasilan yang memadai,” ungkapnya.

Edwin menjelaskan, anak-anak itu dipekerjakan 10 jam per hari, bahkan hingga 16 jam per hari. Dalam sehari mereka bisa melayani 10 tamu, mereka dijanjikan penghasilan 1 juta hingga 20 juta rupiah per bulan atau 250 ribu rhingga 2 juta rupiagh per tamu.

Baca juga : Tren Isu Ketahanan Pangan Menanjak Saat Pandemi Covid-19

“Namun jauh panggang dari api, di antara mereka bahkan tidak mendapatkan upah sama sekali. Bahkan Mereka juga dipaksa untuk meminum pil Keluarga Berencana (KB) atau obat kontrasepsi, sehingga dapat dieksploitasi secara terus menerus tanpa terhalang siklus menstruasi” ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :