Dark/Light Mode

Jumlah Orang Melarat Di Jakarta Meningkat

Banyak Warga Bertahan Hidup Tanpa Penghasilan

Sabtu, 17 Juli 2021 08:03 WIB
Pemukiman miskin Jakarta. (Foto: Antara)
Pemukiman miskin Jakarta. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah warga miskin di Ibu Kota terus bertambah selama pandemi Covid-19. Mereka mengharapkan uluran tangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta karena banyak yang bertahap hidup tanpa memiliki penghasilan.

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, jumlah penduduk miskin mencapai 501,92 ribu orang per Maret 2021. Jumlah itu bertambah menjadi 5.100 orang dibanding­kan September 2020.

“Angka kemiskinan tersebut mencapai 4,72 persen dari total penduduk Ibu Kota. angka itu naik 0,03 persen dibandingkan September 2020 sebesar 4,69 persen,” ungkap Kepala BPS DKI Jakarta, Buyung Airlangga dalam konferensi pers Rilis Data Kemiskinan DKI Jakarta Maret 2021, Kamis (15/7).

Angka kemiskinan tersebut, lanjutnya, melambat diban­ dingkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin pada Maret ke September 2020, yakni 0,19 per­ sen. Menurutnya, perlambatan itu disebabkan berkurangnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 8,51 persen pada Februari 2021. Karena, tercatat ada serapan tenaga kerja baru sebanyak 250 ribu orang. Selain itu, adanya bantuan sosial (bansos) yang digelon­torkan Pemerintah Pusat dan daerah dalam menanggulangi Covid­-19.

Baca juga : Kereta Api Dan Busway, Kandangin!

Buyung memaparkan, garis kemiskinan DKI Jakarta tercatat sebesar Rp 697.638 per kapita per bulan, atau naik sebesar 2,09 persen dibandingkan September 2020. Sedangkan, secara tahu­ nan naik 2,53 persen dibanding­ kan Maret 2020 lalu.

Komposisinya, garis kemiski­nan akibat persoalan makanan sebesar Rp 479.332 (68,71 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 218.306 (31,29 persen). Dengan demikian, garis kemiskinan ma­kanan masih mendominasi garis kemiskinan di Jakarta.

Disebutkannya, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan penduduk DKI Jakarta adalah beras (14,17 persen), rokok kretek filter (11,27 persen), daging ayam ras (6,23 persen), telur ayam ras (4,77 persen), dan mie instan (2,82 persen).

Sementara, komoditi bukan makanan yang ikut menyumbang kemiskinan antara lain perumah­an, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Baca juga : Garap Dua Pejabat Dinas Pertanian Bandung Barat, KPK Dalami Penerimaan Gratifikasi Aa Umbara

BPS DKI Jakarta mencatat rata­-rata pengeluaran rumah tangga turun dari Rp 2,32 juta pada September 2020 menjadi Rp 2,15 juta pada Maret 2021.

Buyung merincikan status penduduk di DKI Jakarta. Yakni, sebanyak 0,99 persen sangat miskin, 3,73 persen miskin, 6,65 persen hampir miskin, 16,68 persen rentan miskin, dan 71,94 persen tidak miskin.

“Rentan miskin artinya dia dekat sekali dengan garis kemiski­ nan, sedikit saja garis kemiskinan gerak naik, mungkin dia jatuh ke jurang kemiskinan,” katanya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menilai, jumlah kemiskinan meningkat sebagai dampak dari konsekuen­ si pandemi Covid­-19. “Pasti karena adanya Covid­-19. Pengangguran dan kemiskinan meningkat,” kata Riza, di Balai Kota Jakarta, Kamis (16/7).

Baca juga : Pangdam Jaya: Banyak Perusahaan Tak Patuhi PPKM Darurat

Riza menuturkan, Pemprov DKI terus berusaha mengatasi lonjakan angka kemiskinan melalui sejumlah program yang digulirkan untuk menanggulangi permasalahan ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.