Dark/Light Mode

Literasi Gizi YAICI, Muslimat NU, Aisyiyah Jangkau Lebih Dari 10 Ribu Masyarakat

Sabtu, 18 Desember 2021 20:39 WIB
Konferensi pers mengenai literasi gizi yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) (Foto: Istimewa)
Konferensi pers mengenai literasi gizi yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Lebih dari 10 ribu masyarakat dari 30 provinsi di Indonesia telah diedukasi mengenai literasi gizi, khususnya mengenai kandungan gizi susu kental manis dan dampaknya bila dikonsumsi oleh balita. Edukasi ini dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI), dan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat Indonesia (KOPMAS).

Literasi gizi adalah upaya bersama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi. Langkah ini sekaligus sebagai upaya untuk memutus mata rantai gizi buruk dan percepatan penurunan stunting. Pemerintah telah mencanangkan target penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024. 

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto dalam kesempatan itu mengatakan, dalam kondisi normal, target penurunan per tahun itu minimal 2,7 persen. Namun, karena pandemi, pada 2020 penurunannya hanya 0,8 persen.

Baca juga : Raih Sertifikasi PSEF, SehatQ Komit Tingkatkan Layanan Telefarmasi Untuk Masyarakat

Tapi, di 2022 nanti, dengan melibatkan semua sumber daya di masyarakat, diharapkan penurunan stunting bisa turun menjadi 18 persen. "Karena itu kami, sangat mengapresiasi kegiatan edukasi gizi dan susu kental manis yang diselenggarakan YAICI dan mitra-mitranya ini," ucapnya.

Agus menyatakan, memberi balita susu kental manis bisa dibilang kekerasan pemberian makanan untuk anak. Sebab, kental manis seharusnya tidak dikonsumsi anak. "Oleh karena itu, edukasi ini penting untuk terus dilakukan,” jelas Agus.

Ketua Umum HIMPAUDI Netti Herawati mengatakan, upaya penurunan stunting adalah tanggung jawab pemerintah. Edukasi-edukasi gizi dan konsumsi makanan bergizi untuk anak yang dilakukan lembaga-lembaga masyarakat hanya membantu.

Baca juga : Literasi Digital Bagian Dari Pemberdayaan Masyarakat

"Tetap tanggung jawab untuk peningkatan literasi gizi masyarakat ini ada di pemerintah. Oleh karena itu, yang diharapkan ke depannya adalah bagaimana kolaborasi pemerintah dengan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ini,” jelas Netti Herawati.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah,  Chairunnisa mengatakan, pihaknya akan terus melakukan edukasi gizi, khususnya mengenai penggunaan susu kental manis. Berdasarkan penelitian, ada potensi kejadian stunting pada anak yang mengkonsumsi susu kental manis.

"Kami juga melakukan penelitian terhadap konsumsi susu kental manis oleh ibu hamil dengan balita. Ternyata, hasil penelitian banyak sekali ibu-ibu yang mengatakan dan mengkonsumsi susu kental manis ini sebagai susu. Ini bukti bahwa literasi gizi dan konsumsi susu kental manis pada balita ini perlu menjadi concern bersama,” jelas Chairunnisa.

Baca juga : Langkah-langkah Agar Terhindar Dari Bahaya Hoaks

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara. Ia melihat, ada perubahan dalam hal penempatan susu kental manis di supermarket. Jika sebelumnya dikelompokkan ke dalam susu anak, sekarang sudah terlihat di supermarket dikelompokkan di rak gula.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, tahun ini pihaknya melakukan penelitian konsumsi pada ibu hamil. Hasilnya cukup mengagetkan, 71 persen ibu mengkonsumsi kental manis sebagai asupan gizi selama hamil. Sebanyak 60,6 persen ibu mengkonsumsi kental manis sebanyak 3-6 takaran sendok. Oleh karena itu, YAICI akan terus berkomitmen memberikan edukasi gizi dan juga advokasi mengenai kental manis.

“Kami masih melihat celah pelanggaran aturan tentang kental manis dalam Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan oleh produsen. Karena itu, kami telah menyiapkan rencana program edukasi termasuk melanjutkan pilot project edukasi makanan bergizi dan bahaya penggunaan susu kental manis melalui penerapan G21H dan Mindful Parenting,” kata Arif Hidayat. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.