Dark/Light Mode

BIN Geber Vaksinasi Anak Dan Lansia Di 13 Provinsi

Gerak Omicron Kita Persempit

Senin, 24 Januari 2022 07:55 WIB
Kepala BIN, Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan menyaksikan vaksinasi bagi lansia. Kemarin, BIN secara serentak melakukan vaksinasi Covid-19 ke anak-anak dan lansia di 13 provinsi. (Foto: Humas BIN)
Kepala BIN, Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan menyaksikan vaksinasi bagi lansia. Kemarin, BIN secara serentak melakukan vaksinasi Covid-19 ke anak-anak dan lansia di 13 provinsi. (Foto: Humas BIN)

 Sebelumnya 
Ia berharap kolaborasi apik lintas sektor ini diperkuat agar cakupan vaksinasi bisa terus diperluas dan merata di seluruh wilayah Indonesia, supaya semakin banyak masyarakat yang terlindungi.

Nadia mengungkapkan, salah satu pekerjaan rumahnya adalah masih rendahnya vaksinasi kepada kelompok lansia. Saat ini, vaksin dosis pertama untuk kelompok lansia sudah diberikan kepada 15,3 juta orang atau 71 persen dari target. Lansia yang menerima dosis lengkap baru 9,9 juta orang atau 46 persen. Target vaksinasi lansia adalah untuk 26,5 juta orang.

Baca juga : Delta Kita Lumpuhkan Omicron Kita Taklukkan

Nadia mengakui, bahwa capaian vaksinasi pada kelompok lansia masih rendah. Padahal, lansia adalah kelompok kedua yang divaksinasi setelah tenaga kesehatan. “Pekerjaan rumah kita cukup besar,” kata Nadia. Padahal, lanjut Nadia, vaksinasi lansia berkontribusi besar menurunkan angka kematian akibat Covid-19. Sebab, lansia pada dasarnya sangat berisiko bergejala parah ataupun meninggal apabila terinfeksi virus corona dan tidak mendapat vaksinasi.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan, memang ada tren kenaikan kasus Omicron, namun tidak signifikan. Soalnya, hospitalisasi dan kematian masih landai. Menurut dia, banyak pihak yang tidak cermat dalam melihat data pandemi dan kasus dua kematian Omicron yang cenderung dibikin heboh. Menurut dia, pandemi relatif masih terkendali.

Baca juga : Vaksinasi Dan Disiplin Prokes Adalah Kunci Utama Cegah Penularan Omicron

“Publik tetap tenang, lengkapi vaksinasi, jaga prokes pakai masker, jangan bikin kerumunan yang tak perlu,” kata Pandu, di akun Twitter miliknya, @drpriono1, kemarin. Ia pun mengapresiasi pemerintah yang tetap tenang. Karena menurut dia, saat ini belum perlu meningkatkan level PPKM atau menarik rem darurat. Menurut dia, kasus Omicron boleh naik, tapi selama tidak bergejala dan keterisian RS masih tidak naik signifikan, maka tidak alasan menarik rem darurat. “PPKM sesuai kondisi epidemiologis yang ada, bukan karena ancaman,” ucapnya.

Pandu menjelaskan, kunci mengendalikan varian Omicron adalah dengan mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi. Kata dia, data dari berbagai negara menunjukkan, penambahan kasus Omicron tidak seperti lonjakan varian Delta yang bikin rumah sakit kolaps. Kasus Omicron umumnya hospitalisasi dan kematian rendah.

Baca juga : Perangi Omicron, Kita Pasti Menang

Pandu mengingatkan, dua kasus kematian Omicron mendorong agar booster pada lansia perlu dipercepat. Menurut dia, vaksinasi lengkap dan booster pada lansia dan komorbid sangat penting untuk menurunkan risiko kematian. Selan itu, ia mengimbau masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan serta kontrol komorbid agar respon imunnya baik. Pandu menjelaskan, vaksin booster berguna agar Indonesia bisa lepas dari Jebakan Pandemik, yaitu mencapai kondisi imunitas yang tinggi dan dapat diandalkan, yang disebut imunitas yang super.

Karena itu, ia berharap pemerintah mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi semua penduduk Indonesia, agar setiap orang punya kekebalan tersebut. “Sehingga kita bisa masuk tahapan pandemi terkendali secara sustain,” pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.