Dark/Light Mode

Awas, Konsumsi Rokok Akibatkan Anak Stunting

Kamis, 27 Januari 2022 18:51 WIB
Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur memberikan keterangan pers usai webinar nasional dan regional dengan tema “Sustaining Good Nutrition for All Amidst Covid-19 Pandemi” di Jakarta, Kamis (27/1).
Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur memberikan keterangan pers usai webinar nasional dan regional dengan tema “Sustaining Good Nutrition for All Amidst Covid-19 Pandemi” di Jakarta, Kamis (27/1).

RM.id  Rakyat Merdeka - Organisasi Menteri Pendidikan Asia Tenggara Pusat Pangan dan Gizi Regional atau Southeast Asia Ministers of Education Organization Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) menekankan, perlu adanya pembaruan strategi kampanye dan edukasi nasional mengenai stunting. 

Hal ini dikarenakan literasi masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mengenai stunting belum komprehensif dan mencakup faktor penyebab stunting sampai ke akar masalahnya. Termasuk dalam hal ini, permasalahan konsumsi tembakau keluarga yang memengaruhi angka kejadian stunting di Indonesia. 

“Berbagai penelitian membuktikan bahwa, keluarga dengan konsumsi rokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk anaknya mengalami stunting dan masalah gizi lainnya”, ujar Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur dalam webinar nasional dan regional dengan tema “Sustaining Good Nutrition for All Amidst Covid-19 pandemi” di Jakarta, Kamis (27/1). 

Menurutnya, pengendalian prevalensi kebiasaan merokok ini sangat penting melalui pendekatan kebijakan yang perlu menjadi perhatian semua pihak. Perhatian dari para pemangku kebijakan terhadap stunting dan pengendalian tembakau ini juga menjadi sorotan studi SEAMEO RECFON.

Baca juga : Usai Tes PCR, Riko Simanjuntak Langsung Dikarantina

Peneliti senior SEAMEO, Grace Wangge menuturkan, berdasarkan hasil analisis, pengetahuan para pemangku kebijakan di daerah mengenai hubungan stunting dan pengendalian tembakau, masih berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat pada umumnya. 

“Sementara, pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi arus informasi yang digelontorkan Pemerintah lewat Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika-red),”katanya 

Ia mengatakan, tendahnya literasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mengenai stunting dan tembakau terjadi karena narasi kampanye nasional kesehatan dengan fokus pada penurunan stunting yang dipimpin Kominfo sejak 2018 lebih menyasar lebih pada kaum muda, yaitu kaum milenial dan generasi Z, terutama para ibu dan remaja putri. 

Padahal, peningkatan pengetahuan anggota keluarga yang lain, terutama bapak dan remaja putra juga dibutuhkan, terutama jika melihat kaitan erat stunting dan pola konsumsi tembakau dalam keluarga. 

Baca juga : Saat Pandemi, Kesehatan Dan Pendidikan Anak Sama Pentingnya

Dari hasil pantauan SEAMEO RECFON terhadap percakapan masyarakat mengenai stunting dan pengendalian tembakau serta penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) pada tahun 2019-2021, didapatkan, hanya ada 244 unggahan di Facebook dan 80 di Instagram terkait “rokok dan stunting. 

“Jika dibandingkan dengan ketiga isu (stunting, cukai rokok, rokok dan gizi) tersebut, unggahan Facebook terkait rokok dan stunting hanya sekitar 0,59 persen dan di Instagram sekitar 0,58 persen. Artinya, secara umum tingkat literasi OPD berjalan searah dengan miskinnya narasi literasi yang beredar mengenai hubungan stunting dan pengendalian tembakau,” ungkapnya. 

Dalam policy brief terbaru yang diluncurkan SEAMEO RECFON di awal tahun 2022 ini, terdapat beberapa rekomendasi penting terkait penguatan strategi kampanye nasional dan pendampingan daerah mengenai stunting. 

Dalam rangka penguatan strategi kampanye nasional perlu dilakukan perluasan target sasaran kampanye dan edukasi pada seluruh anggota keluarga, penguatan materi dan perbaikan narasi terhadap kerangka konsep penyebab stunting sampai ke akar masalah, serta penguatan materi dan perbaikan narasi tentang hubungan stunting dan konsumsi tembakau pada keluarga. 

Baca juga : BKKBN Ingatkan Merokok Sebabkan Stunting

Sementara, dalam rangka peningkatan pendampingan OPD, lintas Kementerian / Lembaga (K/L) perlu melakukan kampanye dan edukasi Kesehatan nasional dengan penekanan pada pentingnya kerjasama lintas sektoral, peluang penggunaan sumber dana lain, termasuk DBHCHT dalam upaya pengentasan stunting di Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia. 

SEAMEO RECFON juga merekomendasikan perlunya panduan evaluasi spesifik bagi OPD untuk mendapatkan masukan yang diperlukan dalam perencanaan dan penganggaran program pengentasan stunting pada tahun berikutnya. [MFA]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.