Dark/Light Mode

Positivity Rate Sudah Di Atas Standar WHO

Perketat Mobilitas, Pemda Jangan Lemot

Minggu, 20 Februari 2022 08:00 WIB
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. (Foto: Shutterstock/angellodeco).
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. (Foto: Shutterstock/angellodeco).

 Sebelumnya 
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito mengungkapkan, laju penularan atau positivity rate di Indonesia yang terus meningkat harus diwaspadai. “Kenaikan positivity rate ini sudah menjadi peringatan bagi kita semua untuk kembali merefleksikan kedisiplinan kita terhadap protokol kesehatan (prokes),” kata Wiku.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tingginya positivity rate disebabkan peningkatan testing dan tracing di level komunitas. Kata dia, peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini.

“Untuk mencegah perluasan penularan, serta mencegah munculnya klaster sebaran yang baru,” kata Nadia.

Sementara, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban merekomendasikan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah distop sementara. Sebab, kata dia, positivity rate sedang naik dan berpotensi membuat klaster keluarga.

Baca juga : Kasus Kematian Sentuh Angka 216, Yang Belum Vaksin Buruan

“Jelas sekali IDI mendukung pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sementara stop dulu PTM,” katanya.

Dia mengatakan, PTM di sekolah bisa kembali dilakukan jika positivity rate di bawah 10 persen. Faktanya, kata dia, positivity rate Indonesia kini sudah lebih dari 40 persen.

“Jadi, kalau mau lebih selektif, semua provinsi yang positivity rate-nya tinggi lebih dari 20 persen melaksanakan PJJ,” katanya.

Zubairi meminta pemantauan positivity rate dilakukan setiap pekan atau per dua pekan sekali. Soalnya, kata dia, peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia jelas sekali tengah terjadi saat ini.

Baca juga : KPK Minta Kepala Daerah Di Sulteng Perbaiki Tata Kelola Pemerintahan

Netizen menduga angka positivity rate di lapangan lebih tinggi dari yang dilaporkan. Pasalnya, banyak orang yang punya gejala Covid-19 tapi tidak melakukan tes atau melaporkan.

Akun @drningz mengatakan, data positivity rate yang terlihat saat ini hanya puncak gunung es. Dia bilang, dengan positivy rate yang tinggi dan kemungkinan besar juga tesnya kurang.

“Apalagi banyak yang nggak tes kan sekarang karena gejala Omicron seperti flu biasa,” katanya.

Akun @therolliez menduga, banyak kasus yang terkonfirmasi tapi tidak dilaporkan. Banyak orang di sekitar saya yang terkonfirmasi tapi tidak dapat akses bantuan dari Kemenkes. “Karena saat di cek datanya tidak terdaftar sebagai pasien terkonfirmasi positif,” ujarnya.

Baca juga : Kasus Harian Di DKI Dan Jabar Tembus 10 Ribu, Kematian Di Bali Bayangi Jakarta

Akun @zayzaku mengatakan, banyak warga yang melakukan tes mandiri di rumah. Sehingga, tidak terdata oleh petugas kesehatan setempat. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.