Dark/Light Mode

Bukti Kepemimpinan Diplomasi Kesehatan

Mantan Direktur WHO Dorong RI Pelopori Klasifikasi Varian Covid Di ASEAN

Selasa, 22 Februari 2022 09:37 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti soal varian Alfa (B.1.1.7) Covid-19 yang pertama kali dilaporkan Inggris.

Varian yang pernah mendominasi penyebaran Covid global ini, menimbulkan peningkatan gelombang kasus pada akhir 2020 dan awal 2021.

Sampai sekarang, varian Alfa masih digolongkan sebagai variant of concern (VOC)  oleh WHO bersama varian Beta, Gamma, Delta dan tentu saja Omicron sekarang ini.  

Namun, dalam laporan mingguan per 17 Februari 2022, European Centre for Disease Prevention and Control (E-CDC) membuat klasifikasi baru dan melakukan de-eskalasi varian Alfa.

Baca juga : Ini Kata Mantan Direktur WHO Soal Deltacron, Varian Hibrid Delta Dan Omicron

Prof. Tjandra menjelaskan, suatu varian dapat diturunkan klasifikasinya karena tiga alasan.

Pertama, tidak lagi bersirkulasi. Kedua, sudah bersirkulasi cukup lama, tetapi tidak punya dampak pada situasi epidemiologi secara keseluruhan.

Ketiga, bukti ilmiah menunjukkan bahwa varian itu tidak lagi berhubungan dengan aspek klinik tertentu.  

"E-CDC melakukan de-eskalasi varian Alfa. Sehingga tidak lagi masuk sebagai VOC, variant of interest (VOI) atau variant  under monitoring (VUM) di Eropa karena dua hal konkret," kata Prof. Tjandra, Selasa (22/2).

Baca juga : Kemenkes Ingatkan Dinkes Dan Direktur RS Antisipasi Kekurangan Nakes

Pertama, sirkulasinya jauh menurun di Eropa setelah adanya varian Delta. Kedua, hanya punya bukti ilmiah amat terbatas tentang dampaknya pada imunitas yang ditimbulkan oleh vaksin.

Memang, Uni Eropa dan juga beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris membuat daftar VOC, VOI dan VUM sendiri, sesuai keadaan di negara/kawasan mereka.

Karena itu, akan baik juga kalau Indonesia melakukan hal yang sama. Atau setidaknya, Indonesia dapat memelopori untuk membahas dan menetapkan VOC, VOI dan VUM khusus untuk kawasan ASEAN. Sesuai masalah yang kita hadapi 

"Ini tak hanya membantu penanganan menjadi lebih terarah. Tetapi juga menunjukkan kepemimpinan diplomasi kesehatan Indonesia, di kawasan regional dan internasional," ucap Prof. Tjandra.

Baca juga : Bakrie Center Foundation Kolaborasi Dengan GHSC Dan B20 Indonesia

"Tentu bukan hanya tentang klasifikasi, tetapi akan baik kalau ASEAN juga punya program bersama yang antara lain ditandai dengan semacam ASEAN Weekly Epidemiological Report on Covid-19 misalnya, yang dapat dipelopori oleh Indonesia," pesan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini. [HES]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.