Dark/Light Mode

Perundingan Mentok

Sedih, Rusia-Ukraina Masih Berdarah-darah

Rabu, 2 Maret 2022 08:50 WIB
Seorang pria keluar dari kendaraan yang rusak akibat penembakan, di Brovary, di luar Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky).
Seorang pria keluar dari kendaraan yang rusak akibat penembakan, di Brovary, di luar Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky).

 Sebelumnya 
Meskipun kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perundingan selanjutnya, namun perang tetap saja berkobar. Bahkan Rusia tidak juga menurunkan tensi serangan dan terus menggempur Kiev.

Kementerian Dalam Negeri Ukrania bahkan menyebut, serangan Rusia makin massif setelah perundingan. Rusia disebut telah menembakkan rudal yang menghancurkan asrama dan apartemen.

Rusia tampaknya ingin segera menaklukkan Kiev. Militer Rusia terus menambah pasukan dan persenjataan. Dalam sebuah gambar yang dihasilkan satelit dari Maxar Technologies terlihat konvoi sepanjang 64 kilometer pasukan Rusia menuju ke Kiev.

Baca juga : Kita Tidak Perlu Bersilat Lidah

Maxar menyampaikan, konvoi militer ini membawa kendaraan lapis baja, tank, artileri, dan kendaraan logistik.

Menurut laporan yang diterima PBB, selama 6 hari perang berkecamuk, sedikitnya 406 warga sipil terluka atau tewas di Ukraina. Sementara 500 ribu lainnya terpaksa harus mengungsi.

Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, mengatakan situasi ini bisa lebih buruk lagi. Saat ini, serangan udara dan pertempuran di daerah perkotaan masih terjadi dan merusak fasilitas publik. Rakyat Ukraina menderita karena pasokan air listrik, dan fasilitas kesehatan yang terganggu.

Baca juga : Perang Rusia-Ukraina Ganggu Pemulihan Ekonomi RI

Ternyata bukan cuma rakyat Ukraina yang menderita akibat perang ini. Rakyat Rusia mulai merasakan dampak “perang ekonomi” yang diterapkan negara Barat sebagai hukuman terhadap Moskow karena nekat menyerang Ukraina.

Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat itu mulai membuat ekonomi Rusia oleng. Maklum, bukan hanya Amerika yang memberikan sanksi. Sekutu AS seperti Jerman, Inggris, Kanada, Australia, Jepang, hingga Uni Eropa, ikut menjatuhkan sanksi keuangan kepada Rusia. Serangkaian sanksi itu membuat nilai tukar mata uang Rusia, rubel, jatuh.

Warga Rusia pun langsung menyerbu seluruh ATM untuk menyelamatkan isi tabungan mereka dengan menukar rubel dengan valas. Akibatnya antrean panjang di seluruh ATM tak terelakkan. Namun dalam waktu singkat, mata uang asing sudah habis.

Baca juga : International Talk 2022, UNAS Serukan Rusia-Ukraina Berdamai

Sanksi dari Barat juga membuat rakyat Rusia tidak bisa menggunakan pembayaran via handphone. Karena Barat membekukan layanan Visa, Mastercard, Apple Pay, dan Google Pay.

Menghadapi hal ini, Bank Sentral Rusia telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 20 persen, dari sebelumnya 9,5 persen. Berharap warga tetap menyimpan uangnya di bank dan mencegah keruntuhan total sistem keuangan.

Pemerintah Prancis yakin serangkaian sanksi ekonomi kepada Rusia, akan membuat ekonomi Rusia runtuh. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.