Dark/Light Mode

Di Papua, Teroris Kumat Lagi Tuh..!

Minggu, 6 Maret 2022 08:50 WIB
Tangkapan layar dari CCTV Tower B3 yang terletak di Distrik Beoga menunjukkan salah satu pekerja PT PTT yang selamat tengah meminta pertolongan ke arah kamera setelah KKB menyerang mereka pada Rabu (2/3/2022) dini hari. Akibat kejadian tersebut, delapan pekerja tewas akibat luka tembak, Puncak, Papua. (Foto: Istimewa).
Tangkapan layar dari CCTV Tower B3 yang terletak di Distrik Beoga menunjukkan salah satu pekerja PT PTT yang selamat tengah meminta pertolongan ke arah kamera setelah KKB menyerang mereka pada Rabu (2/3/2022) dini hari. Akibat kejadian tersebut, delapan pekerja tewas akibat luka tembak, Puncak, Papua. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Helmy mendorong aparat berwenang segera menindak tegas, dan mengajukan hukum atas insiden ini. “Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama tetap tenang agar pembangunan infrastruktur Telekomunikasi dapat dilakukan dengan lancar di Papua,” pesan politisi PKB itu.

Kekesalan juga disampaikan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo Suroyo. Dia mendesak pemerintah untuk menetapkan kekerasan di Papua sebagai tindak pidana terorisme.

“Aksi-aksi seperti ini dampaknya menebar ketakutan dan mengganggu keamanan masyarakat. Pemerintah dan jajaran aparat keamanan tidak perlu ragu menyatakan peristiwa itu sebagai bentuk teror di masyarakat,” pinta Hasto.

Baca juga : Presiden Ukraina: Teroris Zaman Now, Ngancamnya Pakai Nuklir

Kata dia, jika peristiwa kekerasan hingga menyebabkan hilangnya nyawa manusia ini dapat dinyatakan sebagai peristiwa terorisme, LPSK dapat membayarkan kompensasi kepada para korban. Mengingat, kompensasi atau ganti kerugian oleh negara hanya diperuntukkan bagi korban tindak pidana terorisme dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat saja.

Meski begitu, LPSK tetap dapat memberikan perlindungan dalam bentuk lain bagi saksi yang mengetahui peristiwa penembakan di camp PTT. Menurut dia, masyarakat Papua jangan terjebak dalam ketakutan yang sengaja diciptakan pelaku.

“Khusus masyarakat yang mengetahui peristiwa penembakan di sekitar kamp PTT. Tidak perlu takut memberikan informasi kepada aparat keamanan agar pelakunya dapat diproses hukum,” pesan Hasto.

Baca juga : Menunda Pemilu Nggak Logis Tuh!

Meski begitu, dia berharap, pemerintah tetap mengedepankan tindakan persuasif dalam menangani persoalan di Papua. “Tindakan-tindakan represif hanya akan menghasilkan tindakan balasan berupa aksi kekerasan pula. Yang kita sayangkan, masyarakat sipil yang kemudian menjadi korban,” sesal Hasto.

Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua, Frits Ramandey gercep alias gerak cepat mencari kabar siapa pelaku pembunuhan 8 orang itu. “Saya sudah telepon ke Intan Jaya. Saya tanya siapa pelakunya. Pelakunya mengarah ke kelompok pimpinan Aibon Kogeya,” beber Frits.

Ia menegaskan, serangan ini juga jelas melanggar HAM. Info yang didapat, motif KKB pimpinan Aibon Kogeya melakukan serangan, sebagai bentuk protes rencana di salah satu area tambang di Intan Jaya, Papua. Juga sebagai aksi balasan terhadap peristiwa di Ilaga. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.