Dark/Light Mode

Modalnya Cuma Rp 11,5 Juta

Fantastis, Pemerintah Bayar Ganti Untung Petani Desa Wadas Rp 3,8 Miliar

Sabtu, 30 April 2022 09:44 WIB
Soleh, petani asal Desa Kaliwader Kecamatan Bener mendapat ganti rugi tanah di Desa Wadas Rp 3,8 miliar. (Foto: Humas Jateng)
Soleh, petani asal Desa Kaliwader Kecamatan Bener mendapat ganti rugi tanah di Desa Wadas Rp 3,8 miliar. (Foto: Humas Jateng)

RM.id  Rakyat Merdeka - Soleh tak menyangka, lahan kebunnya di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, terkena dampak pembangunan kuari Bendungan Bener.

Lebih tak menyangka lagi, lahannya dinilai jauh lebih besar dibanding harga belinya dulu.

Pria asal Desa Kaliwader, Kecamatan Bener ini mengaku kaget, begitu lahannya di Desa Wadas dinilai Rp 3,8 miliar oleh pemerintah.

Baca juga : Wapres Pastikan Pemerintah Dengar Tuntutan Mahasiswa

Nilai ganti untung itu, sungguh di luar dugaannya.

Kula mboten nyangka gantine Rp 3,8 miliar (saya tidak menyangka dapat ganti Rp 3,8 miliar). Saget kelaksanan (bisa terbayar) nilai sebesar itu. Kula beli tiga bidang tanah Rp 11,5 juta. Sekarang untung (jadi) Rp 3,8 miliar,” ungkap Soleh seperti dilansir situs resmi Pemprov Jateng, Jumat (29/4).

Hari itu, Soleh baru saja menerima uang ganti untung bersama 233 warga terdampak pembangunan kuari Bendungan Bener, di Balai Desa Cacaban Kidul.

Baca juga : Guspardi: Tuntutan Mahasiswa Sudah Terjawab, Pemerintah Taat Dan Patuh Pada Konstitusi

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini amat bersyukur, karena lahannya dinilai lebih tinggi dari yang dia sangka.

Menurutnya, jika tidak ada ganti untung Bendungan Bener, lahannya hanya bernilai Rp 15 juta jika dijual. Sehingga, nilai ganti untung fantastis itu seolah menjadi uang kaget.

"Kula kaget sekali kayak uang kaget. Menerima uang sebesar itu. Belum pernah menerima. Baru satu kali ini. Lahan milik saya, kalau tidak ada pembangunan kuari Bendungan Bener, paling laku Rp 15 juta,” ucap pria berusia 49 tahun ini.

Baca juga : Syarief Hasan: Pemerintah Wajib Taat Konstitusi & Kawal Demokrasi

Soleh pun mengenang masa-masa di tahun 1989. Saat membeli lahan di Desa Wadas, secara bertahap. Sebidang tanah yang pertama dibeli Rp 2,5 juta. Kedua dan ketiga masing-masing Rp 4 juta dan Rp 5 juta. Sehingga, totalnya Rp 11, 5 juta.

Lahan itu dikelola semaksimal mungkin, dengan menanami durian, kopi, kelapa, dan lainnya. Setiap tahun, tanahnya yang produktif itu mampu menghasilkan Rp 250 ribu atau Rp 25 ribu per bulan.

"Tanah kula ten (tanah saya di) Wadas kena pembangunan Bendungan Bener. Kula sampun ( saya sudah) merelakan. Kula nggih angsal (saya sudah dapat ganti untung). Kula niku tanah, tanah numpang (saya punya tanah, tapi tanahnya numpang). Kula riyin tumbas (saya dulu beli). Kula niku kuasa (memiliki tanah). Tapi ada yang lebih kuasa. Kalau tanah dibutuhkan negara, kula nggih mangga (saya persilakan),” bebernya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.