Dark/Light Mode

Tebang Hutan, Jual Kayu Udah Nggak Zaman

Doni Monardo: Kalau Mau Kaya, Selamatkan Hutan, Tanam Pohon

Kamis, 28 Juli 2022 17:13 WIB
Mantan Kepala BNPB Jenderal TNI Doni Monardo (tengah) dalam Dialog Pemulihan Ekosistem Hutan Aceh bersama Forkopimda Nanggroe Aceh Darussalam, di Gedung PPAD, Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (26/7). (Foto: Istimewa)
Mantan Kepala BNPB Jenderal TNI Doni Monardo (tengah) dalam Dialog Pemulihan Ekosistem Hutan Aceh bersama Forkopimda Nanggroe Aceh Darussalam, di Gedung PPAD, Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (26/7). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jenderal TNI Doni Monardo menyampaikan suatu paradigma baru tentang cara menjadi kaya dari hutan.

"Dulu, kalau ingin kaya, tebang hutan, jual kayu. Sekarang, itu sudah kuno. Usang. Harus diubah menjadi paradigma baru: kalau mau kaya, selamatkan hutan, tanam pohon,” kata Doni Monardo dalam Dialog Pemulihan Ekosistem Hutan Aceh bersama Forkopimda Nanggroe Aceh Darussalam, di Gedung PPAD, Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (26/7).

"Kita akan mulai dengan kampanye dan sosialisasi. Orang bisa sejahtera dengan melindungi hutan, flora, dan fauna. Tidak ada pilihan lain. Bangsa kita harus kerja keras menyelamatkan sisa hutan,” imbuhnya.

Doni mencanangkan paradigma baru ini, mulai dari ujung barat Indonesia: Aceh.

Aceh yang sejak dulu dikenal memiliki kearifan lokal dalam menjaga lingkungan, kini banyak mengalami kerusakan alam. Ada illegal logging, pembunuhan satwa, dan perusakan ekosistem. 

Baca juga : Sekar Perhutani Gelar Aksi Damai Selamatkan Hutan

Terkait hal tersebut, Wali Nanggroe Aceh Darussalam, Malik Mahmud Al Haythar mengatakan, situasi ini makin diperparah oleh orang luar wilayah yang berani membayar taring gajah dan kulit harimau dengan harga mahal.

"Kita tidak punya pilihan lain, kecuali menyelamatkan hutan Aceh. Terlebih, hutan-hutan di pulau lain terus dibabat. Bahkan, beberapa negara juga sudah mulai kehilangan hutannya. Seperti Thailand, Malaysia, dan Myanmar yang mengalami pembabatan hutan besar-besaran," papar Wali Nanggroe.

Dia pun lantas menceritakan pengalamannya saat terbang naik pesawat melintasi wilayah Aceh. Menurutnya, hutan Aceh terlihat sangat hijau. Tapi di beberapa bagiannya, berwarna merah. Seperti luka.

"Itulah hutan yang sudah dibalak secara liar. Tugas kita bersama untuk mengobati luka hutan Aceh, dengan penghijauan kembali,” tandasnya.

Bisnis Karbon

Baca juga : Benny Harman: Surya Paloh Negarawan Dan Selalu Utamakan Kepentingan Bangsa

Terkait paradigma baru tersebut, Doni menjelaskan soal bisnis karbon. Menurutnya, nilai ekonomi dari kompensasi karbon bisa mencapai Rp 7 triliun.

Untuk itu, kawasan hutan yang sudah dialih-fungsikan harus dipulihkan. Khusus Aceh, kesejahteraan rakyatnya harus didongkrak dengan menyelamatkan hutan.

Apalagi, arahnya, nilai dana Otsus Aceh akan dikurangi setiap tahun. Menuju ke arah kemandirian APBD.

Doni minta Dinas Lingkungan Hidup memikirkan strategi ke depan. Doni juga mengajak Dinas LH menghadap Menteri KLH bersama Wali Nanggroe dan Gubernur.

“Kita melaporkan kesiapan acara penyelamatan hutan Aceh pada Oktober mendatang,” ujar Doni.

Baca juga : Mbak Rara: Kalau Kita Udah Teriak, Nanti Dia Panas

Doni memandang, Wali Nanggroe adalah simbol kekuatan moral untuk melindungi hutan Aceh. Karena itu, Wali Nanggroe menjadi ujung tombak.

"Bapak Wali Nanggroe, mohon berkenan memulai pendekatan ke tokoh agama, tokoh masyarakat, budayawan dan elemen-elemen masyarakat lain, tentang pentingnya menyelamatkan hutan,” pinta Doni kepada Wali Nanggroe.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.