Dark/Light Mode

Moeldoko: Ekonomi Tetap Tumbuh, Yang Punya Banyak Duit, Silakan Belanja

Jumat, 4 November 2022 09:24 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Foto: Istimewa)
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko menegaskan, perekonomian Indonesia mampu bertahan saat dunia terancam resesi.

Ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh, meski melambat.

"Masyarakat tidak perlu khawatir. Ekonomi tetap tumbuh, meski tren-nya slowdown. Yang punya banyak uang, silakan belanja. Karena itu akan menjaga perekonomian kita terus bergerak,” tegas Moeldoko di Gedung Bina Graha Jakarta, Jumat (4/11).

Dia bilang, peringatan Presiden Jokowi terkait ancaman resesi global, bukan untuk menakut-nakuti. Namun, lebih pada seruan, agar Indonesia waspada.

Mengingat saat ini telah terjadi perlambatan ekonomi di negara-negara maju. Serta ancaman krisis energi, pangan, dan krisis keuangan global, akibat naiknya tensi geopolitik.

Kondisi ini sudah berdampak ke Indonesia. Perlambatan pertumbuhan negara-negara maju, menyebabkan permintaan terhadap barang ekspor berkurang.

Baca juga : KSSK: Ekonomi Indonesia Tahan Banting

Akibatnya, nilai ekspor dan impor Indonesia turun. Pada gilirannya, ini akan menurunkan nilai surplus perdagangan.

“Dampaknya terhadap perekonomian kita tentu saja ada, tapi tidak terlalu besar. Karena sejauh ini, komponen utama PDB kita adalah konsumsi rumah tangga (dalam negeri). Kita harus tetap optimistis dan terus waspada,” kata Moeldoko.

Secara makro, pemerintah dan otoritas moneter, telah melakukan antisipasi melalui kebijakan. Baik fiskal maupun moneter.

Dalam hal ini, Bank Indonesia menjalankan tugasnya untuk meredam kenaikan inflasi, melalui berbagai instrumen.

Sementara pemerintah pusat maupun daerah, telah bekerja keras mengendalikan harga-harga dengan memperkuat skema bantuan sosial. Agar dapat menjadi bantalan bagi masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah.

Panglima TNI 2013-2015 ini juga mengungkapkan, pada 2023, APBN akan berperan sebagai peredam kejut (shock absorber), dan digunakan seefektif mungkin. Demi mengendalikan inflasi, menjaga daya beli, dan menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

Baca juga : Kaget, Sang Istri Punya Suami Simpanan

“Mulai 2023, kita akan kembali ke defisit anggaran maksimal tiga persen terhadap produk domestik brutto (PDB). Seperti sebelum pandemi Covid-19,” jelas Moeldoko.

Sebagai informasi, ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen di Kuartal II, dan diproyeksikan berada di atas 5,5 persen pada Kuartal III.

Indikator dari sisi konsumsi seperti indeks penjualan ritel dan indeks keyakinan konsumen, maupun dari sisi produksi seperti PMI Manufaktur, juga masih memberikan sinyal positif.

Dari sisi eksternal, neraca dagang surplus 29 bulan berturut-turut.

Per akhir September 2022, neraca pembayaran surplus sebesar 39,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 627,68 triliun.

Sementara untuk cadangan devisa, berada di level 130,8 miliar dolar AS atau Rp 2,06 kuadriliun. Serta dapat membiayai 5,7 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca juga : Moeldoko: Pengembangan Bandara Haji Raja Abdullah Harus Segera Terlaksana

Terkait inflasi, per Oktober turun di level 5,7 persen (year on year), dari sebelumnya 5,9 persen (year on year).

Secara bulanan, justru terjadi deflasi 0,11 persen, yang utamanya bersumber dari deflasi di sektor makanan dan minuman sebesar 0,97 persen.

"Ini menjadi bukti, bahwa meskipun ada penyesuaian harga BBM bersubsidi. Namun, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat masih terkendali," tandas Moeldoko. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.