Dark/Light Mode

Dari Webinar Lembaga Peradaban Luhur (LPL)

Damaikan Papua, Afirmasi Kuat Plus Jurus Gus Dur

Kamis, 19 Januari 2023 09:39 WIB
Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat ke Papua. [Foto: Net]
Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat ke Papua. [Foto: Net]

RM.id  Rakyat Merdeka - Harapan dan optimisme terciptanya perdamaian di Papua masih ada. Meski sampai kini, penolakan damai berupa pergolakan, perlawanan atau penyerangan fisik oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Hal ini muncul dari Webinar Suara untuk Perdamaian Papua: Catatan Awal Tahun 2023 pada Selasa (17/1/2023). Webinar ini diselenggarakan oleh Lembaga Peradaban Luhur (LPL) dengan narasumber Associate of The WAHID Institute, Dr. Ahmad Suaedy dan Ketua Lembaga Pengembangan Generasi (Lempeng) Papua, Pendeta Catto Mauri.

Menurut Kepala LPL, Rakhmad Zailani Kiki, LPL terlibat dalam masalah Papua, karena memiliki kepedulian dan tanggung jawab moral kemanusiaan yang beradab terhadap nasib para saudara kita di Papua. Karena selama puluhan tahun sampai saat ini, bahkan sejak mereka lahir, belum merasakan kedamaian, memiliki rasa aman, dalam hidup mereka di tanah kelahiran mereka sendiri.

Baca juga : Kerja Sama Perbatasan Darat Indonesia-Papua Nugini Sukses Dilakukan

LPL, ujarnya, memiliki fungsi memberdayakan dan memperkuat civil society. “Kelompok-kelompok dari civil society yang perlu difasilitasi LPL untuk diberdayakan dan diperkuat peranannya di Papua adalah tokoh adat, tokoh agama dan kalangan terpelajar,” jelas alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Narasumber pertama, Pendeta Catto Mauri menyampaikan, saat ini, di Papua ada pergolakan dan tarik menarik kepentingan terkait hal-hal prinsip dasar yang menyangkut kepentingan hidup orang banyak. Harus diakui, ujarnya, di daerah pegunungan sampai saat ini masih ada penembakan, pertumpahan darah dengan TNI maupun Polri. “Tapi, Papua perlu win-win solution,” tegas Pendeta Catto.

Ketua Lembaga Pengembangan Generasi (Lempeng) Papua, Pendeta Catto Mauri

Selama ini, lanjutnya, yang dilakukan Pemerintah Pusat sudah cukup baik. Hanya, pola-pola pendekatannya yang harus diperbaiki. Karena ada pola pendekatan yang kurang manusiawi, tidak diterima, tidak mendarat di hati masyarakat Papua. Meski ada juga pola-pola pendekatan yang sudah pas dan tepat. “Memang harus duduk bersama,” kata Pendeta Catto.

Baca juga : Lestari Dorong Pemerataan Dan Peningkatan Kualitas Guru

Selain itu, ujarnya lagi, masih banyak elemen orang asli Papua yang merasa tidak diajak dalam membangun Papua, hanya eksekutif dan legislatif saja, karena dianggap mewakili akar rumput atau masyarakat bawah. “Tapi sesungguhnya tidak. Belum (mewakili -red),” ingatnya.

Padahal, nilainya, elemen adat dan gereja di Papua sebenarnya justru cukup penting harus dilibatkan, jika mau mengurus dan membangun Papua dengan baik. Karena kedua kelompok besar di Papua inilah yang berada bersama akar rumput.

Namun ada istilah di Papua, adat dan gereja ini hanya sekadar sebagai pemadam kebakaran. “Jika ada masalah, baru dilibatkan. Jika aman-aman saja, tidak dilibatkan,” ungkap Pendeta.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.